Mohon tunggu...
Anton Sudibyo
Anton Sudibyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis kampung

penyayang keindahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ganjar Terpeleset karena Doa Tanto Mendut

28 Januari 2021   22:57 Diperbarui: 28 Januari 2021   23:05 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu acara pun dimulai. Dimulai Mas Agus Becak yang menjelaskan mengapa menulis buku ini. Katanya ia tertarik karena Ganjar dikenalnya sejak kuliah di Jogja. Menurutnya, Ganjar adalah pejabat gila. Mana ada gubernur mengikat celananya dengan tali raffia karena lupa dimana menaruh sabuk atau gespernya. Dia juga mungkin satu-satunya gubernur yang sol sepatunya nglokop tapi tetap santai-santai saja.

Cerita lainnya yakni ketika Ganjar harus nggandul truk untuk mengunjungi korban banjir dan mendorong mobil dinas yang terjebak lumpur. Ganjar juga pernah diusir oleh tukang parkir hotel. Gara-garanya mobil dinasnya tidak terlihat sebagai mobil pejabat.

Ketika dipersilahkan sambutan, Ganjar dengan santainya menganggap Agus adalah orang paling kurang gawean. "Ngopo ngono lho ngawasi aku terus ditulis dadi buku," ucapnya.

Sebelum Ganjar, ada Sutanto Mendut yang membawa satu tim lengkap mementaskan "Jejak Ratu Adil Ragam Hayati". Sebuah repertoar kolaborasi teater, musik, tari, sastra, dan seni rupa dari Komunitas Lima Gunung. Yang mau lihat dokumentasinya bisa nonton di sini.

Lanjut sastrawan Semarang Triyanto Triwikromo membaca puisi berjudul Keadilan. Ada pula teaterawan Landung Simatupang yang membaca salah satu tulisan dalam buku Gubernur Jelata berjudul 'Maaf Tol Brexit'. Dan Brhe Redana, yang kalau tidak salah ingat membawakan semacam orasi budaya. Ada beberapa bule juga yang datang, entah dari mana saya lupa.

Sutanto Mendut dalam peluncuran buku Gubernur Jelata/merdeka.com
Sutanto Mendut dalam peluncuran buku Gubernur Jelata/merdeka.com
Tapi yang saya tidak mungkin lupa adalah ucapan Tanto Mendut ketika gilirannya bicara. Ternyata dirinyalah yang mengusulkan agar peluncuran buku Ganjar itu dilakukan di Candi Gunung Wukir. Kenapa? Agar Ganjar tahu bahwa ada peninggalan peradaban sebelum Candi Borobudur dan Candi Mendut di Kabupaten Magelang.


Lucunya, Tanto justru tidak mengharapkan Ganjar kalau sudah tahu lalu membangun situs Gunung Wukir. Ia meminta akses jalan dibiarkan seperti aslinya. "Jangan dibangun, nanti malah dipaving semua jalannya, biar otentik saja," katanya.

Tanto justru berharap jalan menuju candi Gunung Wukir tetap asli seperti sedia kala. Biar orang kalau mau melihat candi merasakan pengalaman susah dan pegal-pegal kakinya. Syukur-syukur punya pengalaman jatuh juga.

Bahkan Tanto terang-terangan berharap Ganjar jatuh terpeleset. Setidaknya sekali, katanya.

"Saya malah berdoa Ganjar jatuh saat ke sini tadi. Kalau jatuh bisa jadi viral, rame. Candinya bisa terkenal," ujarnya.

Rupanya doa Tanto dikabulkan. Ketika acara selesai dan semuanya bergerak turun, Ganjar jatuh beneran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun