Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Politik

BTP (Ahok) dan AR (Amin Rais)

18 September 2020   19:40 Diperbarui: 19 September 2020   06:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam kancah dunia persilatan, eh dunia perpolitikan Indonesia, sosok Ahok dan Amin Rais (AR), setidaknya versi penulis, memiliki keunggulan dan kekurangan yang dapat saling mengisi. AR unggul di ranah politik teoritis pendobrak, Ahok unggul di kancah praksis manajemen pembaharu. AR menonjol dalam gagasan politik, Ahok menang di bidang realisasi inovasi. 

Keduanya punya visi yang tajam, dan vokal yang tedas, serta memiliki integritas juga semangat juang kebangsaan yang tidak perlu diragukan. Seandainya saja, kedua sosok ini dapat dipadukan jadi pemimpin negeri, penulis yakin Indonesia akan mengalami era kegemilangan dan kejayaan.

Tapi realistiskah mimpi penulis tersebut? Kendala perwujudan mimpi sangat jelas, mereka berasal dari partai politik yang berbeda dan sering bertentangan; bersumber dari latar belakang perkubuan yang berlawanan, yang satu selalu jadi oposan, sedang yang lain tak pernah lepas dari pusat kekuasaan. Perbedaan menyolok namun menguntungkan dari mereka berdua adalah perbedaan keyakinan dan perbedaan usia, hal perbedaan seperti ini bersifat menguntungkan karena berpotensi untuk saling melengkapi.

Aspek paling menarik dari kedua sosok ini adalah kelugasan dan kelantangan vokal yang merupakan pancaran daya kritis mereka; yang lebih tua bervokal "agak" santun, dan yang muda bervokal sedikit liar, tapi vokal kedua tokoh ini sepadan ke-"nyelekit"-annya; sama-sama bergigi taring.

Mengapa bangsa ini butuh sosok seperti mereka? Jawab penulis, karena bangsa ini sudah sedemikian parah dan akut, tergerus kedangkalan yang bersifat (dan bertujuan ke arah laku) koruptif dari nilai-nilai ideal yang diakui dan dibanggakan sebagai keyakinannya; alhasil, bangsa ini lebih menjunjung tinggi nilai tata-krama kesantunan (yang ditampakkan secara berlebihan) daripada nilai kejujuran yang lugas dan berterang; lebih suka menonjolkan aspek kemapanan legalistik struktur yang koruptif daripada aspek pemurnian-ulang tekad awal pembentukan struktur yang terlanjur koruptif. 

Bagi penulis, banyaknya kasus penyimpangan dalam organisasi BUMN (pertamina) yang diungkap oleh BTP (Ahok), termasuk dugaan kasus keterlibatan para pejabat elit politik di dalam, mencerminkan (muwakil) kondisi "kebobrokan" yang terjadi di seluruh negeri. Tanpa kelugasan, keberanian, dan kecerdikan dari pribadi berintegrasi sekaliber mereka berdua, akan teramat sulit terpenuhinya "momen pendobrakan", yakni momen kritis yang dibutuhkan oleh semua rezim ber-"etos" perubahan. 

Bagaimanapun, kemungkinan mereka untuk dapat padu memimpin negeri, bisa dibilang, setipis rambut dibelah tujuh. Ada banyak faktor penghalang yang menisbikan perjumpaan mereka dalam satu kancah kebersamaan ayun langkah perjuangan; tapi, setidaknya, di penghujung harapan penulis, akan lahir sosok kepemimpinan dari generasi milenial yang punya visi, misi, keteguhan, dan integritas seperti mereka berdua; berjuang sebagai manusia politik alih-alih binatang politik!

Terima-kasih!Salam...
     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun