Teknologi juga menghasilkan Visual kultur. Adanya video dan fotografi dapat mereduksi narasi, dari situ lalu gambar menciptakan narasi yang multiplikatif. Gaze tadi bisa menceritakan cerita yang baru terhadap hal yang sama, akibatnya hal itu dapat meluapkan hasrat sexual. Menulis mampu menstimulus pemikiran dan artikulasi verbal akan hasrat, sedangkan fotografi mampu membuat juxtaposisi dari intepretasi.
Apa yang identik dengan pornografi dijaman modern ini selalu berhubungan dengan media visual dan media elektronik, misalnya fotografi, film, televisi, video, dan tentunya internet. Elektronik membuat sesuatu yang unik direproduksi dengan baik. Media elektronik merupakan modal awal untuk menghubungkan secara langsung antara visual dan kepekaan akan stimuli. Ini secara tegas menjadi sebuah pendobrak atas erotisisme (cyber dildolics (kondisi dimana konten cyber dapat membuat rangsangan)).
Pornografi di internet merupakan bentuk dari pornografi yang sejati, karena dia tidak pernah berakhir, memiliki database yang selalu siaga berisi narrative-less fragment berupa gambar, tulisan, video clip dan suara yang terakit dengan baik dalam bentuk arsip yang mudah untuk diakses sewakti-waktu. Pornografi di internet meupakan emporium (tempat untuk saling bertukar) tanpa batas atas pretanda sesksual dimana para kreator membuat para orang memuja kreasinya.
Pornografi di internet murupakan alat pemuan nafsu seksual jangka pendek, itu tidak pernah bisa memuaskan karena manusia memiliki hasrat yang tidak terbatas. Dalam bentuk elektronik pornografi telah masuk secara logis mencapai tahapan berikutnya dari reproduksi mekanik. Tidak hanya mengkonsumsi hasil seni secara umum melainkan mereduksi nilai dari objek seni secara signifikan, bahkan mungkin nilai seninya hilang sama sekali. Mediasi elektronik tidak hanya menjadi sebab transformasi presepsi terhadap perempuan namun juga mengubah kedudukan dari perempuan itu sendiri.
Simulation revisited: manipulating needs
Sex dijadiakan sebuah komoditas oleh industri budaya. Melalui teknologi sex kemudian ditontonkan dan diperjual belikan. Industri memandang bahwa sex merupakan kebutuhan setiap manusia, segmen pasar pun juga turut diperhatikan. Industri pornografi cenderung memproduksi adegan sex heterosexual dari pada homosexual, karena pasar mereka pasti lebih banyak yang heterosexual, kalau pun homosexual pasti akan lebih banyak mengekpos lesbian dari pada gay, karena sasaran konsumen dari industri pornografi kebanyakan adalah laki-laki.
Industri pornografi memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai mediasi, hal itu membuat konsumen berusaha memenuhi tuntutan teknologi untuk mengaksesnya, sehingga konsumen memiliki kebutuhan palsu akan teknologi, dan yang diuntungkan disini adalah industri teknologi.
Cyberfeminism
Cyberfeminism merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas kaum feminis yang berkepentingan dalam dunia maya, internet, dan teknologi. Istilah ini diciptakan untuk menggambarkan aktivis feminis yang tertarik berteori, mengkritisi, memanfaatkan internet, dunia maya, dan teknologi media baru pada umumnya.
Tujuan daei cyberfeminism bervariasi, ada yang memandang internet sebagai sarana ekspresi yang bebas dari konstruksi sosial seperti gender dan perbedaan Janis kelamin. Jika dilihat dari teknologi, cyberfeminism merupakan kendaraan untuk pembubaran jenis kelamin dan gender. Hal tersebut dapat terjadi karena di internet posisi manusia lebih terlihat sejajar dibandingkan di dunia nyata. Dampak tersebut diharapkan akan berimbas di dunia nyata, sehingga akan menciptakan kesetaraan gender yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bucy, Erik P. 2002. Living in the information age: A new media reader. USA: Wadsworth.