Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Arswendo Atmowiloto: dari "Lheer..." sampai "Senopati Pamungkas"

21 Juli 2019   15:55 Diperbarui: 22 Juli 2019   02:36 3569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinetron Keluarga Cemara Adalah Salah Satu Karya Penting Arswendo Yang Juga Paling Diingat Publik Dalam Sinetron Ini Arswendo Menyelamatkan Wajah Sinetron TV Swasta Indonesia (Sumber Gambar : Poster Keluarga Cemara, Liputan 6)

Arswendo Menyelamatkan Wajah Sinetron Televisi Swasta 

Ada dua karya sinetron Arswendo yang paling diingat masyarakat dan mengangkat realitas keseharian. Pertama, "Keluarga Cemara (1996) dan 1 Kakak, 7 Ponakan. Dua sinetron ini sesungguhnya sedang membalikkan lansekap sinetron Indonesia yang cenderung tidak cerdas, mengawang awang dan memamerkan kemewahan. Keluarga Cemara sendiri sampai sekarang masih dianggap sebagai sinetron terbaik sepanjang sejarah selain Si Doel Anak Sekolahan (1993) karya Rano Karno.

Arti penting Keluarga Cemara adalah mengembalikan nilai-nilai keluarga di dalam kehidupan dan menciptakan sinetron realisme sosial. Tanpa sengaja juga Arswendo mulai mengembalikan kejeniusan para sutradara sinetron era TVRI yang pernah berjaya di tahun 80-an seperti cerita Sayekti dan Hanafi, Losmen ataupun fragmen fragmen TVRI di masa lalu.

Idealisme Keluarga Cemara dituturkan oleh Adi Kurdi, seorang pemain teater kawakan di era 70-an juga tokoh utama Panembahan Reso dalam rekaan teater WS Rendra, menyatakan "Keluarga Cemara" ditonton puluhan juta pemirsa tapi hanya dibayar 200 ribu sebagai honor aktor di sinetron itu, hal ini diungkapkan oleh Adi Kurdi di acara televisi Hitam Putih Deddy Corbuzier, tapi dampak dari sinetron ini luar biasa  dan idealisme Adi Kurdi jugalah yang menjadi spirit bagaimana Keluarga Cemara menjadi acara yang begitu inspiratif, bahwa "harta yang paling berharga adalah keluarga", nilai nilai ini dikenang oleh generasi yang pernah merasakan besar di dekade 90-an.

Sinetron Keluarga Cemara Adalah Salah Satu Karya Penting Arswendo Yang Juga Paling Diingat Publik Dalam Sinetron Ini Arswendo Menyelamatkan Wajah Sinetron TV Swasta Indonesia (Sumber Gambar : Poster Keluarga Cemara, Liputan 6)
Sinetron Keluarga Cemara Adalah Salah Satu Karya Penting Arswendo Yang Juga Paling Diingat Publik Dalam Sinetron Ini Arswendo Menyelamatkan Wajah Sinetron TV Swasta Indonesia (Sumber Gambar : Poster Keluarga Cemara, Liputan 6)

Pada dekade 90-an, puncak konsumtif dan masyarakat berbasis kebendaan mengalami puncaknya ditengah kekuasaan yang begitu koruptif dan menekan kreatifitas. "Keluarga Cemara" berhasil membentuk antitesis "Keluarga Cendana" sebagai lambang gurita 'kekuasaan dan kekayaan' oleh Arswendo dibuat pojok lawannya.  Keluarga Cemara yang tetap memegang nilai nilai ditengah kemiskinan, disitulah kemudian adagium "Harta yang paling berharga adalah keluarga" menemukan otensitasnya.

Sementara film 1 Paman, 7 Ponakan diingat sebagai sebuah bentuk komedi menertawai kehidupan ditengah himpitan kemiskinan. Mungkin banyak yang lupa sinetron ini namun ketika ada yang menyanyikan lagu

Jangan risaukan awan hitam, petir, atau banjir
Masih ada pepohonan yang ditanam sebelum kamu lahir
Jangan cemaskan masa depan, kini, atau nanti
Masih ada kesempatan yang ketemu bila kau cari

Matahari membagi rata sinarnya
Air laut membagi adil asinnya
Batu gunung sekeras padas semua
Padi jagung berbuah pada musimnya

Jangan risaukan
Jangan cemaskan
Jangan hiraukan
Jangan takutkan

Jangan hiraukan hantu blau, setan, dan berhala
Masih ada persahabatan, yang tumbuh dimana saja
Jangan takutkan nenek sihir, sapu, atau tipu
Masih ada pengharapan yang bulat pada yang Satu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun