Mohon tunggu...
Anto Dika
Anto Dika Mohon Tunggu... -

Reading, Travelling, fishing...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ikhlas Vs Pamrih

19 April 2011   02:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:39 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menurut hemat saya, judul diatas sangat cocok untuk kita semua karena pada dasarnya kita harus merenungkan kembali arti dan makna judul diatas agar disetiap langkah kita tidak senantiasa menibulkan dampak yang menguntungkan diri sendiri melainkan menguntukan semua pihak yang ikut terlibat di dalamnya.

Terkadang hidup ini terlalu berat bagi orang2 yang selalu ikhlas, namun membuat kita lebih memaknai hidup ini karena perjalanan ini hanya sementara untuk setiap manusia di dunia ini. Di dalam ikhlas ada arti yang sangat dalam bagi kehidupan kita semua, namun di dalam pamrih hanya keuntungan materi semata karena tidak ada yang gratis di dunia ini. Mereka yang pamrih justru berpikir jangka pendek, akibatnya banyak pihak yang harus di jadikan korban.

Saya sendiri bingung untuk memilih kedua kata tersebut, karena keduanya memiliki arti dan fungsi yang berbeda dalam kehidupan sekarang atau setelah kehidupan ini selesai. Sungguh indah kegemerlapan dunia ini, saya pun terpana oleh keindahan dunia ini. Mungkin banyak diantara kalian juga terpana oleh kehidupan ini, apalagi disetiap kesempatan kita selalu berhadapan dengan kata pamrih atau ikhlas menolong.

Kata ikhlas cocoknya untuk menolong yang bersifat sosial, dan kata pamrih lebih cocok untuk kegiatan yang saling menguntungkan bersama dan tidak menguntungkan individu. Terkadang kita dibuat terlena atau tertipu oleh kedua kata ini, akhirnya arti dan fungsi kedua kata tersebut menjadi terbalik.

Para wakil rakyat harusnya banyak mengikhlaskan untuk berusaha agar rakyatnya ikut makmur, karena mereka dipilih atas dasar sosial bukan atas dasar nepotisme. Amanat yang mereka emban bukan hanya pernyataan saja tapi sebuah tindakan yang konkrit dan riil, mungkin mereka terlena dengan kata pamrih akhirnya mereka asik tenggelam didalamnya.

Menurut saya, silakan mereka pamrih, tetapi jangan lupakan rakyat yang memilih karena suatu negara tanpa rakyat maka negara itu akan mati. Ketika wakil rakyat hidup makmur kenapa rakyatnya yang harus menerima kesengsaraan hidup, harusnya bertindak lebih bijak karena telah dipilih untuk menjadi wakil rakyat.

Padahal mereka sudah diingatkan baik secara langsung atau tidak langsung, secara langsung dengan pemberitaan di media dan secara tidak langsung melalui fenomena alam yang mengharuskan kita semua harus ingat tentang sebuah peringatan yang kita terima.

Sungguh sangat serakah manusia di dunia ini, materi saja belum cukup dan akhirnya menjual aset negara yang bisa dikelola dengan baik. Sudah banyak peringatan namun tidak cukup, peringatan apalagi agar bisa membuat mereka sadar akan akibat yang dilakukan.

Kesimpulannya, membuat manusia sadar lebih sulit karena hanya tuhan yang bisa membolak-balikan hati setiap hambanya, kita sebagai manusia biasa hanya bisa mengingatkan satu sama lain agar nantinya kita selamat baik di dunia dan akherat. Saya juga tidak bisa bersikap ikhlas makanya saya selalu mohon pada tuhan agar jalan yang saya jalani mendapat ridho dan keikhlasannya, sungguh saya sangat takut dengan azab tuhan yang maha dashyat dan tidak ada seorang manusia yang bisa menolongnya ketika azab itu datang.

Itulah kata ikhlas dan pamrih jadi judul dalam artikel ini, maksud saya untuk mengingatkan pembaca semua akan sebab dan akibat dari kedua kata tersebut. Saya sudah banyak melakukan yang pamrih dan akhirnya mereka meninggalkan saya, oleh karena itu saya ingin memperbaiki diri sebelum terlambat karena saya tidak mau terlambat menyesali atas apa yang saya lakukan selama ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun