Pendidikan antikorupsi adalah sebuah gerakan budaya dalam menumbuhkan nilai antikorupsi sejak dini. Ketika hari-hari ini kita menyaksikan kasus-kasus korupsi kian marak, meluas dan beragam, serta perilaku saling tidak percaya, saling menyalahkan, lepas tanggungjawab, mencari jalan pintas, arogan, inkonsisten, dan rupa-rupa perilaku tak pantas lainnya kian menyesakkan dada, kita sadar budaya antikorupsi kita menghilang.
Kemanakah budaya antikorupsi kita?
Muara dari persoalan korupsi adalah hilangnya nilai-nilai antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung - jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil) dari dalam diri individu.
Saat ini kita tidak menyadari bahwa banyak hal yang patut kita contoh untuk meningkatkan sifat antikorupsi pada diri kita, salah satunya adalah sosok dari para pahlawan bangsa yang telah berhasil menumbuhkan sikap antikorupsi pada dirinya dan orang lain, salah satu tokoh pahlawan bangsa yang patut di contoh adalah Ki Hajar Dewantara.
Siapa yang tidak kenal sosok Ki Hajar Dewantara, sosok yang peduli akan pendidikan bangsa ini. Dimana gelar bapak pendidikan nasional pun disematkan pada dirinya. Â
Ki Hajar Dewantara atau Bapak Radenmas Soewardi Soerjaningrat lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889 beliau adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan belanda.
Apa saja nilai-nilai antikorupsi yang dimiliki oleh beliau dan bagaimana kah ia menerapkan nilai-nilai tersebut?
1. Nilai Jujur dan Keberanian Ki Hajar Dewantara
Sikap keberanian dari kejujuran yang ia tuangkan dalam tulisan ini patut kita contoh demi kebaikan bersama walaupun akan ada sedikit keresahan saat menjalaninya tetapi jika kita percaya itu dan melakukan demi suatu kebaikan pada akhirnya hasilnya akan bagus seperti yang dialami oleh Ki Hajar Dewantara, walaupun ia diasingkan tetapi ia memanfaatkannya untuk aktif mengikuti suatu organisasi dan di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akta, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya.
2. Sikap Peduli dan Kerja KerasÂ