Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cap Go Meh dan Lontongnya

7 Februari 2020   16:12 Diperbarui: 7 Februari 2020   16:29 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong sayur komplit. (gambar koleksi pribadi)

Pagi-pagi pada hari tahun baru, meskipun miskin pun harus mengenakan pakaian baru, sedikit-dikitnya yang bersih, untuk pergi pai-jia (pai=menengok, jia=famili ). Pertama-tama mendapatkan ang-pao (pao=sampul, ang= merah) yang berisi uang dari orang tua seperti kakek dan ayah, layak uang lebaran, kemudian berkeliling dengan naik beca kerumah famili dekat meskipun sering dalam cuaca hujan. Duit yang diterima dalam ang-pao itu tidak perlu bernilai besar tetapi biasanya uang baru yang bisa disimpan sebagai koleksi.

Di dalam rumah sedang mengadakan sembahyang kue keranjang (ni-kee/nian kao) yang berbentuk tempurung kecil, kue itu keras padat terbuat dari ketan tumbuk dan gula yang menjelma menjadi jenang atau dodol di Jawa, dan juga makan lumpia basah (lun=musim semi, pia=camilan ). Lumpia itu harus membungkusnya sendiri sebagai antisipasi kedatangan musim Semi  didepan mata.

Pada hari kedua adalah waktu untuk bersambang kerumah mertua dan teman-teman, juga menerima tamu yang datang pai-jia.  Pada hari ketiga adalah hari memperingati arwah nenek moyang yang telah meninggalkan kita, disebut juga hari setan, biasanya tidak layak untuk berkunjung pada hari itu, dan hanya memakan makanan yang tesisa dari hari-hari sebelumnya.

Setelah hari ke-empat, dirumah sudah mulai sibuk mengolah ronde, bola sebesar ping-pong berinti ramuan kacang diselaputi tepung ketan yang tebal dan diberi tanda satu titikan jingga merah, ronde ini yang akan dimakan pada malam ke lima-belas nanti. Ronde ini harus digodok dalam air panas sampai mendidih tiga kali supaya matang dan dimakan dengan kua tawarnya. Penggunaan tepung ketan itu karena sifat lekat dan kenyalnya dari pada tepung beras, tidak ada maksud lainnya.

Pada hari ke-sembilan masa Imlek, bagi orang Tanglang yang berasalkan dari Hokkian dimanapun bersembahyang tebu.

Setelah 15 hari sekeluarga berkumpul dan bergembira menyambut datangnya tahun yang penuh dengan harapan baru, maka tiba waktunya untuk kembali kepenghidupan semula masing-masing. Sebab pada besok harinya, yang didesa sudah mulai menggarap tanah ladang, yang perantauan juga sudah harus kembali kepekerjaannya, sekolahan juga akan segera memulai kelasnya. Maka malam untuk mengachiri masa tahun baru ini disebut Cap Go Meh (meh=malam)  dimeriahkan secara besar-besaran dengan menyelenggarakan Teng-hui (hui=festival, teng=lampion) atau sembahyang lampion.

Menjelang festival lampion di Harbin, Tiongkok utara. (foto AH Tjio)
Menjelang festival lampion di Harbin, Tiongkok utara. (foto AH Tjio)

Malam ke lima-belas ini sebaliknya juga merupakan malam pangkal  permulaan dalam kehidupan baru (to start anew), setelah malam ini pun semuanya kembali ke normal sehari-harinya, maka di Tiongkok tidak disebut Cap Go Meh, tetapi menurut nama aslinya: Yuan Xiao/ Goan Siau (xiao=malam, yuan=pangkal, permulaan) atau Shang Yuan/ Siong Goan (shang=menuju, yuan=permulaan), dan, ronde yang yang disebut diatas dimakan beramai-ramai pada malam ini dinamanya 'siong goan ngi' (ngi=bulatan/ronde) melambangkan terang bulan dan kerukunan keluarga. Makan ronde di Tiongkok Selatan telah berlangsung sekitar 800 tahunan.

Sejarah Cap Go Meh.

Setiap tahun Cap Go Meh merupakan hari raya traditional Tionghoa yang juga dirayakan di negara-negara Asia disekitarnya. Mengenai cerita asal usul perayaan ini banyak sekali, ada yang berupa dongeng dari penganut Taois sejak Dinasti Qin abad 3BC, yang begini banyak dan tidak berdasarkan kebenaran sejarah, karena itu sukar untuk menyebutkan asal muasal Cap Go Meh, tetapi bisa kita cari asal kapan meluasnya perayaan ini.

Versi yang masih layak dipercaya dan yang telah menetapkan sebagai budaya Tionghoa sampai sekarang, adalah sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun