Anthesianz kali ini terinspirasi dari petualangan di dunia pendidikan ketika dimpimpin oleh pemimpin sekolah perempuan. Maka dari itu, buku ini didedikasikan untuk praktisi pendidik perempuan yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan. Buku ini mengupas elemen-elemen kepemimpinan yang ditemukan dalam kepemimpinan perempuan di sekolah.Â
Buku ketiga Dalam dunia karir kedudukan dan peranan perempuan dalam pembangunan semakin memiliki tempat yang baik, peranan wanita untuk memimpin merambah disegala bidang apapun.Â
Kepemimpinan para perempuan ini berfungsi sebagai kekuasaan dasar pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyasa, 2004:107). Â
Tidak sedikit pemimpin sekolah perempuan yang berhasil dalam melaksanakan tugasnya, mereka mampu menunaikan tugasnya sebagai konseptor, edukator, pendampingan siswa, manajer sekolah, konselor siswa dan orang tua, bahkan mereka mampu menjalani tugas sebagan manajer sumber daya manusia, marketing dan keuangan  dalam satu tugasnya . Â
Arah yang ditempuh oleh institusi menuju tujuan harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari sarana dan prasarana yang ada.
Di era para millennial mendominasi dunia pekerjaan, justru perempuan banyak yang berkecimpung di dunia pendidikan. Mereka terpanggil untuk menciptakan sebuah pendidikan yang mengutamakan kebenaran. Saat ini terdapat sekolah-sekolah swasta yang dikepalai oleh para perempuan.Â
Data statistik kepala sekolah swasta perempuan di indonesia berdasarkan Pusat Data Statistik Dikbud 2019 menunjukan bahawa :Â
1)Provinsi DKI Jakarta : 4.854
2)Provisnsi Jawa Tengah: 10.231
3)Provinsi Jawa Barat: 17.534
4)Propinsi Jawa Timur : 14.723
5)Propinsi Bali : 1,325
6)Propinsi Maluku : 1,012
7)Propinsi Banten : 4,806
8)Propinsi Sumatera Utara : 7,356
Pemimpin sekolah sebagai pengelola bisa dilihat sebagai orang yang menggunakan struktur-struktur dan prosedur-prosedur yang berlaku untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi sekolah.Â
Karakteristik pemimpin sekolah yang ditunjuk dengan atas instruksi atasannya dengan pemimpin kepala sekolah yang hadir atas dasar panggilan hatinya akan terlihat perbedaannya. Karena tergantung dari awal dari mereka memutuskan untuk terjun ke dalam dunia pendidikan.Â
Ternyata yang terutama bukan hanya menyoroti pemimpin kepala sekolah dari sudut gaya kepemimpinannya saja, melainkan seorang pemimpin sekolah perempuan yang matang secara psikis dan spiritual.Â
Sehingga kita dapat melihat apa yang diartikan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangunkarsa, tut wuri handayani (di depan menjadi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang menjadi pendorong atau pemberi daya).Â
Dengan pendewasaan psikis dan spiritual yang didapatkan dari pengalaman yang menyadarkan dirinya untuk  mengatasi munculnya perasaan dan emosi negatif disetiap masalah dan konflik yang dihadapinya.Â
Oleh karena pemimpin sekolah melalui kepemimpinannya selain mengatur sekolah dan administrasinya mereka mempunyai tugas mengembangkan potensi sumber daya manusia yang ada disekolah dengan memberikan kesaksian atas pengalamannya.