Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kenyataan Tak Pernah Membuat Kita Menderita, Kecuali Menolaknya?!

9 September 2023   09:22 Diperbarui: 9 September 2023   09:29 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dok. Pribadi.

Oleh. Purwalodra

Terinspirasi dari Kajian Ke-Islam-an, Ust. Syaiful Karim, Dosen UPI Asal garut dan Motivator Pengembangan Sumber Daya Manusia, melalui kanal Youtube, beliau mengatakan bahwa kenyataan tidak akan membuat kita menderita, kecuali kita menolaknya. Pernyataan ini sesuai dengan perjalanan kehidupan yang saya alami. Mengapa kita masih memiliki dendam pada seseorang atau merasa sakit hati sampai hari ini, karena kita mengizinkan sakit hati tersebut masuk ke dalam pikiran dan hati kita. Sehingga, kita selalu mengatakan bahwa kenyataan itu sangat menyakitkan?!

Kenyataan yang kita alami sehari-hari selalu memiliki implikasi pembelajaran yang berharga bagi perjalanan hidup kita di kemudian hari. Kita yang selalu mengizinkan pahitnya kenyataan tanpa menyadari bahwa di dalamnya ada pembelajaran, akan selalu melahirkan penderitaan. Oleh karena itu, mari kita maknai kenyataan sebagai pohon yang akan menghasilkan buah segar, yakni : pembelajaran hidup?!    

Makna Penderitaan

Penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari manusia dan pengalaman hidup. Sejak zaman dahulu, manusia telah menghadapi berbagai macam penderitaan, baik fisik maupun emosional. Penderitaan ini dapat datang dalam berbagai bentuk, seperti kehilangan orang yang dicintai, penyakit yang mengancam nyawa, atau bahkan konflik politik dan perang. Bagaimana kemudian hubungan antara kenyataan dan penderitaan, dan apakah ada cara untuk menghadapinya?

Perlu kita sadari, bahwa kenyataan adalah dasar dari penderitaan. Ketika kita melihat dan mengakui kenyataan, kita sekaligus mengakui bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan manusia. Bahkan, penderitaan ini seringkali menjadi batu loncatan untuk pertumbuhan dan transformasi secara pribadi. Jika kita menolak atau menghindari kenyataan, kita hanya akan memperburuk penderitaan yang ada ?!.

Namun, mengakui kenyataan bukan berarti kita harus pasif terhadap penderitaan tersebut. Penderitaan bisa menjadi ajang refleksi yang mendalam, memperkuat dan menguji kekuatan internal kita. Ketika kita menyadari penderitaan, kita memiliki kesempatan untuk belajar dari pengalaman tersebut dan tumbuh sebagai individu yang lebih kuat. Jika kita mampu melihat penderitaan sebagai peluang untuk pertumbuhan daripada hukuman, kita mampu menghadapinya dengan lebih baik.

Salah satu sikap penting dalam menghadapi penderitaan adalah penerimaan. Penerimaan berarti menerima bahwa hidup tidak selalu adil dan bahwa penderitaan merupakan bagian kenyataan yang tak dapat dihindari. Saat kita menerima penderitaan dengan tulus, pikiran kita menjadi lebih tenang dan terbebas dari harapan yang tak realistis. Ini bukan berarti kita mengesampingkan upaya untuk memperbaiki situasi, tetapi lebih pada mengakui bahwa kita tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi.

Selain penerimaan, penting juga untuk menjaga perspektif yang sehat. Dalam situasi penderitaan, kita sering kali terjebak dalam asumsi dan kekhawatiran yang negatif. Oleh karena itu, penting untuk mengambil jarak dari pemikiran negatif dan mencari sudut pandang yang lebih positif. Misalnya, jika kita mengalami kegagalan dalam sebuah usaha, daripada menghakimi diri sendiri bahwa kita telah gagal secara keseluruhan, kita dapat melihatnya sebagai pelajaran berharga dan kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru.

Dalam menghadapi penderitaan, penting untuk mengembangkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, serta selalu mengapresiasi apa yang telah kita miliki dan kita jalani sampai hari ini. Terkadang, kita terlalu fokus pada penderitaan yang ada, sehingga kita melupakan berkah yang telah kita terima. Dalam mengembangkan rasa syukur ini, kita melatih pikiran kita untuk melihat yang positif dalam kehidupan kita, meskipun dalam situasi yang paling sulit.

Jadi, hubungan antara kenyataan dengan penderitaan adalah kompleks dan tak terpisahkan. Mengakui kenyataan merupakan langkah awal untuk menghadapi penderitaan, yang kemudian dapat menjadi batu loncatan bagi pertumbuhan pribadi. Upaya menghadapi penderitaan adalah dengan menerimanya, menjaga perspektif yang sehat, mencari dukungan sosial, dan mengembangkan rasa suhkur kepada Allah SWT. Dengan sikap dan tindakan ini, kita mampu menghadapi penderitaan dengan cara yang lebih baik dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Dasar Teologis

Al-Qur'an dan Hadis merupakan dua sumber utama dalam Islam yang memberikan petunjuk dan panduan bagi umat Muslim. Upaya menghadapi kenyataan hidup yang penuh dengan penderitaan, pemahaman dan pengaplikasian ajaran Islam ini dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyatakan bahwa kesulitan dan penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 155, Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." Ini menunjukkan bahwa penderitaan adalah ujian dari Allah dan bahwa kesabaran merupakan kunci untuk menghadapinya.

Selain itu, Al-Qur'an juga mengajarkan bahwa setiap kesulitan yang kita alami di dunia adalah sementara dan akan mendatangkan kebaikan di dunia akhirat. Dalam Surah Al-Insyirah ayat 5-6, Allah berfirman, "Sesungguhnya bersama kesulitan itu, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu akan ada kemudahan." Ayat ini mengajarkan pentingnya bersabar dalam menghadapi penderitaan dan percaya bahwa Allah akan memberikan jalan untuk menyelesaikan masalahnya.

Al Hadis juga memberikan panduan tentang kenyataan hidup dan penderitaan. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya." (HR. Muslim, no. 2999). Hadis ini menegaskan bahwa dalam setiap situasi, baik itu kesulitan atau kebaikan, seorang Muslim harus memiliki sikap sabar dan bersyukur kepada Allah SWT.

Selanjutnya, Rasulullah juga mengajarkan pentingnya saling menolong dan mencari solusi bersama dalam menghadapi penderitaan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, "Seorang mukmin kepada seorang mukmin yang lain seperti menggenggam tangan kanannya oleh tangan kirinya; jika salah satunya gugur maka yang lainnya pun gugur." Hadis ini menggambarkan pentingnya solidaritas dan saling mendukung dalam menghadapi penderitaan.

Dari referensi Al-Qur'an dan Hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kenyataan hidup yang penuh dengan penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Allah SWT menguji umat-Nya dengan cobaan dan penderitaan untuk menguji kesabaran dan ketahanan mereka. Dalam menghadapi penderitaan, penting untuk bersabar, bersyukur, dan memiliki keyakinan bahwa Allah akan memberikan kemudahan di masa depan. Selain itu, dalam menghadapi penderitaan, solidaritas dan saling berlindung satu sama lain juga sangat penting.

Pada kahirnya, sebagai umat Muslim, penting bagi kita untuk mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjalankan ajaran Islam dan mengambil inspirasi dari Al-Qur'an dan Hadis, kita dapat menghadapi penderitaan dengan sikap yang lebih baik, menjaga iman dan keberanian, dan membantu sesama Muslim dalam kesulitan. Semoga tulisan ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara kenyataan hidup dan penderitaan dalam perspektif Islam ?! Wallahu A'lamu Bishshawab.

Bekasi, 9 September 2023.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun