Mohon tunggu...
Mohamad Ansori
Mohamad Ansori Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Salah satu cara mendekat pada Allah Swt adalah mentaati perintahNya tanpa bertanya mengapa harus melakukannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melatih Kemandirian Anak

23 September 2020   14:30 Diperbarui: 23 September 2020   14:34 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemandirian merupakan salah satu tujuan pendidikan dari sekian banyak tujuan pendidikan yang tertera pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Anak yang mandiri dapat mengatasi persoalannya sendiri, mengerjakan tugas-tugasnya tanpa diperintah, belajar sesuai jadwal tanpa harus diawasi, dan lain-lain. 

Melatih anak mandiri harus dilakukan sejak kecil. Dengan latihan mandiri secara tekun akan terbentuk karakter anak yang kokoh. Karakter dapat terbentuk dari pembelajaran, pendampingan, dan pembiasaan yang terus menerus. Pada awalnya anak-anak akan merasa tertekan dan terbebani karena harus melakukan sendiri banyak hal kebutuhannya sendiri. Namun pada saatnya, setelah kemandirian terbentuk menjadi karakter yang kuat, ia akan menikmati kemandiriannya itu. 

Para guru dan orang tua, harus bekerjasama dengan sinergis untuk melatih kemandirian anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih kemandirian antara lain.

Pertama, orang tua dan guru harus memiliki kesabaran. Melatih anak mandiri memerlukan waktu dan kesabaran orang tua dan guru. Mereka harus belajar sedikit demi sedikit dan mungkin akan mendapatkan penolakan dari anak. Anak lebih suka bermanja-manja pada orang tua dan guru daripada harus melakukan sendiri banyak hal yang biasanya dibantu oleh orang tua dan guru.

Kedua, membutuhkan waktu. Pendidikan karakter tidak dapat dilakukan secara instan. Melatih dan membiasakan siswa dengan karakter tertentu memerlukan waktu panjang. Latihan harus dilakukan sedikit demi sedikit, sehingga tidak terkesan memaksakan diri. Memaksakan diri dengan latihan tertentu dengan singkat justru bisa membuat anak kecewa, sehingga membenci guru dan orang tua yang mereka anggap tidak sayang lagi sama mereka. 

Ketiga, menjamin keamanannnya. Keamanan anak tetap harus dinomorsatukan. Oleh karena itu, dalam melatih kemandirian orang tua dan guru tetap harus mengutamakan keamanan anak. Sebagai contoh, mengajarkan anak untuk makan sendiri, resiko terbesarnya adalah makanan tercecer, pakaian kotor, lantai amburadul, atau makanan tumpah. Hal ini tidak berbahaya bagi anak. Namun, membiarkan anak memotong sayur atau buah-buahan dengan pisau yang tajam, nanti dulu. Kita harus memastikan anak telah cukup umur, dan mengerti akan bahaya pisau yang tajam itu.

Keempat, memberikan semangat. Orang tua dan guru harus dapat menghargai setiap kemandirian siswa. Penghargaan tidak harus berupa benda yang diberikan sebagai hadiah, tetapi dapat juga berupa pujian. Kalimat-kalimat seperti "Hebat kamu Nak, sudah bisa makan sendiri", dapat memberikan semangat kepada anak untuk mandiri. Apalagi jika ada hadiah-hadiah kecil yang diberikan pada setiap tahap keberhasilannya, tentu anak akan lebih termotivas.

Kelima, memberikan contoh. Bagi anak, contoh merupakan pelajaran yang paling berharga. Anak dapat melihat cara orang tua atau guru dalam melakukan sesuatu. Mengajari anak untuk mandiri menjaga kebersihan kamar misalnya, dapat diawali dengan memberikan contoh kebiasaan orang tua yang juga menjaga kebersihan kamar. Mengajari anak mencuci piring setelah makan juga dapat diawali dengan mengajak anak melihat ibu mencuci piring. Keteladanan adalah hal terbaik dalam menanamkan suatu karakter kepada anak.

Kelima, tega melihat anak bersusah payah. Dalam melakukan sesuatu secara mandiri, mungkin saja anak harus bersusah payah melakukannya. Sepert menata sendiri tempat dan alat belajar setelah sekian lama belajar, kadang-kadang orang tua tidak tega melihatnya. Orang tua harus komitmen untuk membiarkan anak-anak bekerja keras agar hal itu membuatnya mandiri.

Keenam, kerjasama yang sinergis antara orang tua dan guru. Kemandirian tidak saja diajarkan di rumah, tapi juga di sekolah. Oleh karena itu, oarang tua dan guru harus bekerja sama secara sinergis agar program pendidikan kemandirian dapat dilaksanakan baik di rumah maupun di sekolah. Sering kali, orang tua merasa kasihan dan memanjakan anak sehingga tugas-tugas sekolah yang seharusnya dikerjakan secara mandiri justru orang tua yang mengerjakannya. 

Kemandirian adalah karakter yang akan sangat berguna bagi kehidupan anak di masa mendatang. Oleh karena itu, sejak dini orang tua dan guru harus berkomitmen untuk menciptakan anak yang mandiri. Pembelajaran daring merupakan salah satu kesempatan untuk mengajarkan kemandirian. Sehingga, dalam pembelajaran daring orang tua cukup mendampingi dan memfasilitasi anak, bukan malah membantu mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Sebab, hal itu justru membuat anak menjadi tidak mandiri. (ans)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun