Mohon tunggu...
A. Feri Mahmudi
A. Feri Mahmudi Mohon Tunggu... Lainnya - Af Mahmudi

senang mengembangkan potensi diri !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Stoikisme, Solusi Bijak Menghadapi Kecemasan Hidup

15 Mei 2023   04:32 Diperbarui: 17 Mei 2023   03:48 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by vecstoc Freepiker

Dunia yang semakin kompleks dengan perubahan yang terjadi serba cepat menyebabkan sebagian orang mengalami kecemasan. Filsafat Stoikisme dapat memberikan solusi yang tepat bagi mereka yang mencari kedamaian dalam hidup. Filsafat Stoikisme adalah sebuah aliran filsafat Yunani Kuno yang dianut oleh banyak orang pada zaman dahulu, dan masih memiliki pengaruh besar hingga saat ini. Filsafat Stoikisme pertama kali muncul pada zaman Yunani Kuno dan dikembangkan oleh filosof seperti Zeno dari Citium, Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Aliran ini berfokus pada pengembangan kebahagiaan dan ketenangan batin dengan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan emosi, menerima keadaan yang ada, dan berfokus pada tindakan yang dapat dikendalikan.

Filsafat Stoikisme penting untuk dipelajari karena dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Dengan mempelajari konsep Stoikisme, seseorang dapat mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan emosi, menerima kenyataan dengan lapang dada, dan mengatasi stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, Stoikisme juga dapat membantu seseorang untuk mengembangkan keterampilan manajemen diri, seperti fokus pada tindakan yang dapat dikendalikan dan mengembangkan refleksi diri.

Dalam era modern, Stoikisme masih sangat relevan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang telah mengadopsi filsafat ini sebagai cara hidup mereka dan berhasil mencapai kebahagiaan dan ketenangan batin. Oleh karena itu, mempelajari Filsafat Stoikisme dapat menjadi langkah awal yang baik bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kualitas hidup mereka dan mencapai kedamaian dalam hidup mereka.

Manusia menurut filsafat stoikisme bisa mencapai kebahagiaan dan kebijaksanaan dengan memahami dan menerima apa yang ada di dunia ini. Dalam Stoikisme, kebahagiaan dianggap sebagai keadaan batin yang tenang dan damai, yang tidak terpengaruh oleh situasi atau kondisi eksternal. Terdapat konsep dasar dalam stoikisme yaitu Etika stoikisme, Fisika Stoikisme, dan logika Stoikisme.

Etika Stoikisme mengajarkan bahwa tindakan yang dapat dikendalikan adalah tindakan yang berasal dari pikiran dan kehendak kita sendiri, dan bukan dari keadaan atau lingkungan eksternal. Stoikisme juga mengajarkan konsep penerimaan, yaitu menerima apa yang tidak dapat dikendalikan dan berfokus pada apa yang dapat dikendalikan. Selain itu, Stoikisme juga menekankan pentingnya mengendalikan emosi dan menghindari reaksi berlebihan. Kemudian Fisika Stoikisme, konsep ini mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini saling terkait dan saling berhubungan satu sama lain. Stoikisme percaya bahwa alam semesta diatur oleh Logos, yaitu hukum alam yang mengatur segala sesuatu dalam harmoni dan kesatuan. Dalam Stoikisme, manusia dianggap sebagai bagian dari alam semesta dan memiliki tanggung jawab untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip alam. Terahir Logika Stoikisme yaitu konsep dasar tentang cara berpikir dan memandang dunia secara bijaksana. Stoikisme mengajarkan bahwa seseorang harus memiliki cara berpikir yang jernih dan rasional, serta mampu mengevaluasi segala hal dengan bijaksana. Stoikisme mengajarkan konsep pertimbangan, refleksi, dan introspeksi diri sebagai cara untuk mencapai kebijaksanaan dan kebahagiaan batin.

Konsep-konsep tersebut dirancang untuk membantu seseorang mencapai kebahagiaan dan kebijaksanaan dengan memahami dan menerima dunia ini, mengendalikan pikiran dan emosi, serta hidup sesuai dengan prinsip-prinsip alam semesta.

Penerapan Filsafat Stoikisme dalam kehidupan nyata dicontohkan oleh salah satu tokohnya yaitu Seneca, berupa kemampuannya dalam menghadapi ujian kehidupan. Seneca telah mengalami banyak penderitaan selama hidupnya, termasuk diasingkan oleh kaisar, kehilangan harta kekayaannya, dan akhirnya dipaksa untuk bunuh diri.

Namun, Seneca tetap mempertahankan kekokohan batin dan integritas moralnya sepanjang hidupnya, dalam salah satu kutipannya: "Tidak ada kehidupan yang merugikan bagi yang hidup dalam kesederhanaan, dan tidak ada kekayaan yang dapat membawa kebahagiaan bagi yang hidup dalam ketidakpatuhan terhadap kebijaksanaan". Dalam pandangan Stoik, penderitaan dan kesulitan adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, hal yang dapat dikendalikan adalah cara kita merespon dan menghadapinya. Seneca menunjukkan bahwa kita dapat memilih untuk mempertahankan integritas dan ketenangan batin dalam menghadapi cobaan hidup.

Dalam karyanya yang terkenal, "Surat-Surat Moral", Seneca juga mengajarkan tentang pentingnya mengendalikan emosi dan mengekspresikannya dengan cara yang sehat. Ia menekankan pentingnya menghindari kecenderungan untuk merespons dengan emosi yang tidak terkendali, dan lebih baik mengekspresikannya melalui refleksi diri dan introspeksi.

Dengan demikian, penerapan Filsafat Stoikisme dalam kehidupan nyata dapat memberikan pandangan yang berbeda dan bermanfaat dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Seneca melalui contoh-contoh nyata dalam hidupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun