Dibalik ruangan itu Vince dan Virli sedang berduaan. Tanpa mereka menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengintai dari balik pintu yang ada di kamar tersebut.
Matanya merah seperti menggunakan lensa kontak, namun sayang mata ini telanjang tidak tertutupi oleh lensa.
Sepasang mata itu melihat setiap kejadian yang ada di dalam ruangan itu.
Hingga akhirnya Vince hendak beranjak dari ruangan itu. Sosok tubuh tersebut berkelebat bersembunyi di balik lemari yang ada di sudut ruangan rumah tersebut.
Tidak susah baginya untuk bersembunyi, semua kesaktian yang diberikan oleh leluhurnya telah dikuasainya dengan baik.
"Krieeeet.. " Bunyi pintu yang terbuka.
Muncullah Vince dari arah pintu tersebut menuju ke ruangan yang berada di lantai atas dari rumah tersebut. Vince yang tidak merasakan kehadiran sosok asing di rumah itu dengan santai menapaki tangga satu persatu hingga sampai di lantai paling atas.
Vince mengambil sebuah kursi di sudut lalu meletakkan kertas dan pensil yang ada di tangannya dan mulai menggores-goreskan sebuah gambar.
Entah mengapa, terinspirasi oleh film yang baru ditontonnya kemarin Vince mulai menggambarkan adegan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang manusia dengan jubah yang panjang dan mata yang merah menyala.
Baru malam yang lalu dia bertemu dengan kawan sahabatnya yang bermata merah dan menatapnya dengan senyuman yang lebih mirip seringaian.
Wajah itu ditorehkannya diatas kertas dengan matanya yang merah menyala.
