Mohon tunggu...
Anshar Aminullah
Anshar Aminullah Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat, Peneliti, Akademisi

Membaca dan Minum Kopi sambil memilih menjadi Pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tatanan Sosial Makro dan Mikro dalam Konsep Feminisme

21 Februari 2024   11:45 Diperbarui: 21 Februari 2024   11:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : www.forma-surabaya.com

     Model stratifikasi feminis dalam produksi sosial mengemukakan kritik langsung atas pandangan fungsionalis struktural mengenai masyarakat yang tersusun dari lembaga dan peran yang terpisah dan khusus, meski saling berhubungan. Teori feminis berpendapat bahwa pandangan ini tidak berlaku umum, tetapi melukiskan pengalaman posisi yang menguntungkan kelompok mapan tertentu-kulit putih, lelaki, kelas atas dan orang dewasa. Riset feminis menunjukkan bahwa perempuan dan kelompok nondominan lainnya tidak mengalami kehidupan sosial sebagai gerakan di antara peran-peran yang terpisah. 

   Sebaliknya, mereka terlibat dalam upaya menyeimbangkan sebuah peran, sebuah penggabungan orientasi dan kepentingan yang berkaitan dengan peran. Melalui penggabungan ini, mereka terlibat dalam upaya mengaitkan institusi-institusi sosial.

    Satu indikator pengendalian kelompok atas situasi produksi adalah adanya peluang anggotanya untuk mencapai tujuan membagi-bagi perilaku peran mereka, suatu kondisi yang membantu mereproduksi pengendalian mereka atas situasi Namun, sosiologi feminis menekankan bahwa kondisi ini tergantung pada pelayanan subordinat terhadap aktor yang tidak dapat membagi-bagi kehidupan dan tindakan mereka. Apabila aktor-aktor subordinat juga bisa membagi-bagi, maka seluruh sistem produksi dalam masyarakat industri yang kompleks akan ambruk. Berbeda dengan model struktural-fungsional, model feminis menekankan bahwa peran pengalaman wanita yang tergabung mungkin dapat digeneralisir ke tingkat pengalaman berbagai kelompok "pelayan" lain yang Bekerja menghasilkan tekstur jaringan kehidupan sehari-hari.

    Perhatian sentral feminis tentang sebuah  tatanan sosial makro yang tertuju pada struktur makro yang menyebabkan ketimpangan jender. Ideologi juga memainkan peranan penting dalam memelihara hubungan dominasi dan subordinasi ini. Para teorisi feminisme berargumen karena tubuh wanita merupakan sumber esensial dalam produk dan reproduksi sosial, maka ia menjadi arena eksploitasi dan kontrol. Ketimpangan isyu jender yang direproduksi oleh suatu sistem ideologi dari pengetahuan yang dilembagakan, yang merefleksikan sebuah hasrat dan pengalaman pria. Ideologi jender juga memperkenalkan lelaki sebagai pembawa otoritas sosiokultural dan memberikan kepada pria hak untuk mendominasi dan kepada wanita kewajiban untuk patuh dalam semua dimensi produksi sosial. 

    Ideologi jender mengkonstruksikan wanita sebagai objek dari hasrat pria yang menjadikan nilai sosial mereka tergantung kepada kepandaian membalut tubuh molek mereka. Ideologi jender juga menghancurkan dan membelokkan aktivitas produktif wanita dengan (1) menyepelekan sebagian wanita, misalnya, pekerjaan rumah tangga: (2) mengidealisasikan aktivitas lain sampai titik tak dapat dikenali lagi, seperti menjadi ibu, dan (3) menciptakan pekerjaan lain yang tak kelihatan namun penting, misalnya berbagai kontribusi penting wanita dalam memproduksi komoditi perdagangan. Proses ideologis ini dapat digeneralisir ke tingkat produksi struktur makro dari seluruh subordinasi sosial.

     Kapitalisme dan patriarki, meskipun secara analitis memisahkan bentuk-bentuk dominasi, memperkuat satu sama lain dalam sejumlah cara. Misalnya, organisasi produksi dipisah menjadi ruang publik dan privat dan memisahkan ruang-ruang tersebut akan menguntungkan kedua sistem dominasi itu. Kapitalisme mendapat keuntungan karena tenaga kerja perempuan dalam ruang privat akan mereproduksi tenaga kerja tanpa biaya, tanggung jawab mereka atas yang privat membuat perempuan berada di sisi marjinal, namun senantiasa menjadi sumber tenaga murah, dan karenanya dapat menurunkan upah secara umum. 

     Pada saat yang sama, patriarki mendapat keuntungan dari eksploitasi atas pekerja perempuan karena patriarki mempertahankan ketergantungan perempuan kepada lelaki. Kesulitan perempuan untuk masuk ke dalam ruang publik memastikan bahwa pekerjaan "yang baik" pertama-tama akan tersedia untuk lelaki. Pelecehan seksual yang dialami perempuan saat kerja bukanlah peristiwa mikro yang terjadi secara kebetulan atau tak signifikan, tetapi merupakan contoh dari relasi kekuasaan di mana patriarki mempertahankan Roda. Pembagian ini diperumit dengan "race-ing" dan "age-ing" dan dengan pemilahan ruang publik dan privat berdasarkan jender.

Daftar Acuan

Wajman, Judy. 2009, Feminist Theories Of Technology. Cambridge Journal of Economics 2009. Oxford University Press 

Ritzer, Goerge and Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern Edisi 6. Jakarta : Kencana Prenada Medias Group

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun