Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSM, Gak Ada Loe, Gak Rame

23 April 2021   14:06 Diperbarui: 23 April 2021   14:08 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo PSM dari masa ke masa. Sumber foto: sport Sindo 

Seandainya PSM tak menjadi bagian dalam perhelatan Piala Menpora 2021 saya tak dapat membayangkan, betapa garingnya kompetisi itu. Hadir Persija, Persebaya dan Persib Bandung namun tak muncul PSM di papan skor?

Andai saja itu terjadi, maka dapat dipastikan  pra musim tak seramai apa yang kita rasakan suasananya sekarang ini, tak seheroik suatu perhelatan sepak bola. Sebab PSM itu adalah roh sepak bolanya Indonesia. Gimana bisa?

"Apresiasi PSM mengandalkan pemain lokal" tulis Basyamuhammad,pada kolom komentar akun @pengamatsepakbola. 

Tentang Hilmansyah yang menjadi bintang pada Piala Menpora atau local pride, menurut saya Ini hanyalah gimik  kecil dari cerita tentang PSM yang berlaga pada Piala Menpora dibanding sejuta makna atas keikutsertaan Pasukan Juku Eja, julukan PSM.  

Pengalaman saya ketika menjadi bagian saat PSM lakoni Indonesia Priemer League  (IPL), sangat merasakan betapa PSM begitu  penting bagi Indonesia dalam percaturan sepak bola. Penggagas IPL, Arifin Panigoro mewanti wanti, bahwa apapun caranya, PSM wajib ikut serta dalam kompetisi  IPL, sebagai bagian reformasi dalam tubuh PSSI kala itu.  Betapa pentingnya PSM hadir dalam percaturan sepak bola tanah air.

Maka saat itu mulailah dualisme liga dalam tubuh PSSI, liga yang menuju pengelolaan club secara profesional tanpa menggunakan dana APBD berlaga dalam IPL. 

Pemain asing berlabel Marque Player hadir di lapangan hijau, termasuk lapangan stadion Mattoanging Makassar. Wasit wasit asing ikut memimpin laga IPL.

Tujuan utama hanya satu, menghadirkan liga profesional di Indonesia tanpa menggunakan dana APBD. Maka mulai misi itu berjalan, dan PSM hadir dalam perjalanan itu. 

Sejumlah klub dihukum  oleh PSSI  harus ke kasta 2 sebab ikut IPL tetapi PSM tetap pada level utama.  Akhirnya reformasi di tubuh PSSI bergerak, termasuk liga. Beberapa klub digodok ulang termasuk yang berlaga di IPL dan dualisme klub. 

Tetapi PSSI hasil reformasi, tak menyentuh PSM, bahwa klub ini harus hadir di kompetisi utama yakni Liga1. Tak ada cerita lain, PSM wajib hukumnya berlaga di Liga Utama.

Catatan prestasi PSM adalah catatan sepak bola nasional, ia satu satunya klub paling stabil sejak lahir pada tahun 1915. Tatkala  PSM mengalahkan PSMS Medan 1957 sekaligus  pertamakali nya PSM juara Perserikatan. Dekade itulah, Ramang dan PSM menjadi buah bibir dalam dunia sepak bola nasional. Ia telah menjadi kekuatan sepak bola nasional, dan menjelma sebagai tim elit.  

Satu satunya tim sepak bola di Indonesia  yang memiliki ciri khas dalam bermain. Yakni, Keras, Cepat dipadu dengan teknik tinggi hanya ada di PSM. Persis tim negara yang memiliki ciri Khas dalam sepak bolanya, Argentina, Brasil, Jerman, Belanda, Inggris, Italia, Mexico dan Kamerun. 

Indonesia tak memunyai ciri khas tetapi di PSM ciri khas sepak bola itu lahir. Maka jangan heran, jika sederet pemain asing dan pemain nasional yang menjelma sebagai bintang nasional, dasarnya berlabuh di PSM Makassar.

Sejarah mencatat, PSM tak pernah absen ataupun diabsenkan pada setiap kompetisi di tanah air. Sebab magnet suatu kompetisi itu akan berharga, bernilai, semarak jika tim Juku Eja ini hadir. Terserah apakah PSM memboyong pemain asingnya, pemain lokal, akademi atau tim seleksi yang penting nama PSM itu melekat pada  papan skor maka itu sudah cukup mengangkat citra kompetisi tersebut.

"Eddd, dumba dumba' ku menonton PSM tadi. Tapi syukurlah, meski PSM kalah tetapi sangat membanggakan" tulis Nia, seorang teman pada kolom FB nya, seorang perempuan yang kutau tak memiliki sedikit pun pandangan dan pengetahuan apalagi hobi menonton sepak bola.

Jadi wajar, jika semifinal laga PSM vs Persija di leg ke2 kemarin,menempatkan rating paling tertinggi dalam siaran sepak bola piala Menpora. Hanya kalah oleh sinetron. Hebat bukan, karena di situ hadir PSM Makassar.  

Ehhh gaes, terakhir, pada Pak Plt Gub dan Pak Wali, Hadirkan kembali stadion Mattoanging. Sebab itu harga diri dunia sepak bola di Indonesia. Anda tidak lanjutkan, maka anda hilangkan satu peradaban tentang  sepak bola di Indonesia. Terima kasih telah membaca. Nantikan tulisan lain saya tentang stadion Mattoanging. (as)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun