Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sinyal Sinyal Menteri Itu dari SYL

23 Oktober 2019   15:23 Diperbarui: 23 Oktober 2019   16:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Humas Pemprov Sulsel (FB)

Saban hari, yang saya pun lupa sekiranya kapan, hari, tanggal dan bulan? Sekiranya itu pada awal Agustus 2019, Syahrul Yasin Limpo yang berakronim SYL memilih ngopi malam di sebuah kawasan nongkrong anak milenial Makassar, Food City Pasar Segar. Sebenarnya itu adalah lokasi bagi saya untuk mojok pada malam hari, sambil merangkai kata yang tepat untuk kehidupan pada esok harinya diselingi lalu lalang beragamnya pesona kecantikan dan gagahnya ciptaan Tuhan pada malam hari.

"Eh No, kau dari mana. Selama ini saya cari ko?begini deh. Nanti malam kita ke tempat mu nongkrong nah" begitulah tegur khas SYL, pada siang hari saat kami berpapasan mata di Warkop, Phoenam Makassar.  "Pokoknya saya tidak mau tau, malam ini saya mau nongkrong dan ngobrol di tempat mu"  pesannya sambil berlalu.  

Entah ini yang keberapa kalinya, SYL mengajak di tempatku tetapi pada kali kali pertama hingga kedua kalinya, saya selalu menolak secara halus beragam dalih dan alasan. "Aduh, jangan malam ini bro Yun. Rame sekali" kataku pada Yuyun, sohib SYL yang setia menemaninya.  

Pula pada rencana kedua dan kesekian kalinya, beragam tentu alasanku oleh sebab itu adalah lokasi kerajaan ku, tempat ku mojok, bukan untuk ngobrol serius. Tetapi pada pertemuan papasan mata dengan SYL di Phoenam, tentu sudah tak dapat kutolak lagi. Maka jadilah nongkrong pada malam itu.

Presiden Jokowi, pernah pula melipir di kawasan Food City Pasar Segar, ia mengitari dari tenant ke tenant, dan menyalami ribuan pengunjung yang setia menantinya pada malam hari. Pula SYL, di sinilah lokasi kami ngobrol pada malam hingga menikmati larutnya malam hari.  SYL bersama Yuyun Nahwirasul, Farouk M Betta dan Imam Mujahid. Duduk di pojok, tepat di bawah pohon. "No, pesan kopi susu yang paling enak nah",   Siaplah komandan, sambil mencari seorang barista.

Seperti biasanya, diskusi mengalir secair kopi dan minuman kami pada malam yang dingin itu.  Kami membahas yang lokal lokal saja dahulu, kisruh hak angket, mutasi dan lalu kemudian ada apa ke depannya dengan SYL? Kita membahas menteri, tidak juga. Jabatan yang SYL sasar? Tidak pula. "Enak ini kopi No", bisa lancar obrolan kita malam ini" ujarnya sambil menyeduh seteguk hingga dua teguk minumannya.

Pengunjung pasar segar Food City tentu lebih dominan berasal dari beragam kampung di Sulawesi Selatan. Bercerita tenta kampung, tentulah tak lepas dari cerita soal pertanian, perkebunan dan perikanan. "Anak kampung ini bos, anak petani" kata saya pada SYL sambil berupaya membawa mata SYL menanak pada mereka yang hadir.  Beberapakali pengunjung dan pemilik cafe datang sekedar swafoto dan Selfie. Begitulah SYL, ia tak pernah menolak bahkan penuh semangat dan senyumnya  ia melayani permintaan pengunjung.  

Hanya sekali ia menolak, ketika ia diminta untuk naik panggung untuk dendangkan sebuah lagu, "jangan mi dulu kita menyanyi. Saya mau ngobrol ngobrol jI di sini No", sambil melambaikan tangan pada grup band yang telah mengundangnya.  Segogyanya, cerita awal SYL tentang pertanian.  Negeri kita ini berlimpah ruah pertaniannya, lautnya dan perkebunannya tetapi sangat disayangkan jika pada saat saat tertentu terjadi krisis pangan. 

Perekonomian dalam hal kesejahteraan rakyat Indonesia kita tergantung pada pertanian sehingga dengan fokus nya bangsa ini pada pertanian maka akan menghilangkan gap atau kesenjangan antara wilayah.  

"Kita sudah punya lahan pertanian yang begitu besar, mulai dari gunung, bukit daratan rendah sampai dengan laut nya" dan lanjurt SYL, perkembangan technlogy, informasi dan inovasi pada dasawarsa ini semestinya Indonesia telah sanggup mengantisipasi persoalan pangan.Dan  kesimpulan usul SYL adalah perlunya sebuah konsep pembangunan pertanian yang kuat dan matang. Mengalirlah kemudian isu pertanian itu serta rencana rencana besar SYL perihal Pertanian.

Tentang Pertanian, bukan hal baru bagi SYL.  Telah dua periode sebagai Gubernur yang daerahnya adalah lumbung pangan Indonesia, jelaslah jika dia telah memahami bagaimana mengelola pertanian dengan baik. SYL dalam blantika Gubernur nya, bukan hanya berkawan baik dengan tokoh politik, tokoh masyarakat serta seberet tokoh lainnya  di daerah ini tetapi ia banyak menyapa petani dan terlihat sangat  lebih akrab bersama petani. 

Tengoklah foto foto yang sedang viral saat ini, saat SYL mengenakan pakaian sipil gubernur, ia atraksi motor di tengah sawah. Motor yang ia gunakan, adalah kendaraan  bagi petani di kampung untuk mengangkut gabah petani ke rumahnya.  Begitulah gambaran, kedekatan antara SYL dan petani, tak ada sekat. Sesekali pula, SYL yang kerapkali meminta foto bersama petani. "Begitu dekat".

Sebelum melepas jabatannya sebagai Gubernur Sulawesi Selatan, medio Januari 2018. SYL mencanangkan jika Sulawesi Selatan mampu menyanggah kebutuhan pangan nasional. Pada saat panen raya di sentra pangan Sulsel, Sidrap, Wajo, Soppeng dan Luwu SYL dengan gagahnya meyakinkan rakyat Indonesia bahwa Sulsel mampu menyediakan 120  ribu ton untuk nasional, di mana pada saya itu, stok yang ada di Dolog Sulsel masih terkumpul sekisar 1, 5 juta ton.  Lalu "kekhawatiran apa lagi bagi rakyat Indonesia jika cerita soal pangan?"

Berlatar belakang Sarjaan Hukum tentulah kita bertanya, mengapa SYL itu sangat paham tentang pertanian? Sedikit perjalanan kariernya, SYL adalah seorang birokrat  dan memiliki pengalaman cukup banyak bersentuhan dengan petani,  dari Lurah, camat, kabag, humas, bupati, wakil gubernur hingga gubernur mengantar dirinya begitu dekat pada petani. Ia mudah bergaul dengan siapa saja, tetapi pada petani nampaknya ia memiliki kedekatan khusus.  

10 tahun bupati Gowa, 10 tahun gubernur, lima tahun wakil gubernur, pernah camat dan lurah merupakan posisi yang mengantar dirinya mendalami kehidupan para petani.  Tak nampak rasa jijik pada rautnya jika sedang berada di tengah sawah yang berlumpur. Ia malah larut pada proses pertemanan ini bersama petani. Itulah sebabnya,  mengapa SYL sangat risau dan sedih jika isu soal pangan dan petani mendera pertanian di Indonesia. Setiap panen raya, ia selalu mengajak tokoh nasional ke sawah - bersamanya memanen padi yang telah menguning.

Foto : Humas Pemprov
Foto : Humas Pemprov
Kemudian pada sekitar dua tahun menjelang akhir gubernurnya, SYL menghadiri undangan melepas dahaga siang dari Andi  Amran Sulaiman saat itu, sebagai menteri Pertanian. Siang hari bolong, di tepi Pantai Akkarena, Amran bersama rombongan telah menyediakan  sajian es kelapa disertai pisang epe yang diolesi gula aren.  Tiga meje telah disatukan, duduk berhadapan Amran Sulaiman dan SYL. "Saya wajib menghadiri undangan ini, meskipun mendadak karena beliau (Amran) adalah atasan saya" ujar SYL.

Dan kini, SYL adalah Menteri Pertanian, ia dilantik 21 Oktober 2019. Selamat bertugas komandan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun