Mohon tunggu...
Andi Fitriyanto
Andi Fitriyanto Mohon Tunggu... Penulis

Pengarang Satire Kontemporer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Identitas Gender, Jenis Kelamin, dan Orientasi Seksual Menurut Sains

6 Februari 2025   14:52 Diperbarui: 6 Februari 2025   14:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Estrogen mendorong pertumbuhan dan perkembangan neuron, sehingga makin memperluas area otak perempuan pada pusat observasi, komunikasi, dan pengasuhan. Estrogen menyiapkan sirkuit-sirkuti otak perempuan bawaan sehingga seorang gadis kecil dapat menguasai keterampilan dalam nuansa sosial dan kesuburannya. Maka jangan heran jika seorang gadis kecil bisa demikian mahir secara emosional, meskipun mereka masih memakai popok. Otak mereka terpapar estrogen lebih banyak ketimbang anak laki-laki yang kebanyakan nakal. Rendaman testosteron pada otak yang kedua kalinya merangsang otot anak laki-laki untuk tumbuh lebih besar, mempersiapkan keadaan untuk permainan atau pekerjaaan kasar. Saat masa pubertas infantil berakhir, perilaku anak laki-laki dan perempuan menjadi jauh berbeda. Ini semata-mata dikarenakan kondisi kimiawi dalam otak mereka.

Setelah periode pubertas infantil, laki-laki dan perempuan masuk dalam fase jeda; yaitu masa kanak-kanak usia delapan hingga 12 tahun. Fase ini adalah fase meredanya banjir estrogen dan testosteron. Setelah berakhirnya periode pubertas infantil, makin menguatlah identitas gender masing-mading individu. Semua ini adalah karena perbedaan konstelasi kimiawi di otak masing-masing manusia. Tubuh manusia disusun oleh bahan-bahan alam yang bekerja mengikuti hukum alam. Tidak ada takhayul dalam tubuh manusia, baik itu dalam tubuh primata bernama manusia atau dalam tubuh primata lainnya.

LGBTQ+: Deviasi atau Diversitas?

Spektrum gender dan orientasi seksual hanya bisa dipahami melalui biologi. Jika tidak memahami dipastikan akan terus-menerus berasumsi bahwa LGBTQ+ itu adalah deviasi atau penyimpangan. Di era digital ini sudah selaiknya membuang dogma-dogma yang mendungukan. Sudah saatnya mencampakkan dogma-dogma sempit dan dangkal, dogma berbasis fakta yang cacat, keliru dan absurd.

Sudah banyak jurnal sains khususnya biologi yang mengulas fakta tentang kromosom XY dan XX yang tidak dimiliki semua perempuan dan laki-laki. Ada juga perempuan yang tidak memiliki uterus dan ovarium, ada juga laki-laki yang berpenis mirip dengan klitoris. Juga jurnal tentang interseks yang kini dikelompokkan hingga 43 jenis. Identitas gender, jenis kelamin, dan orientasi seksual itu adalah tiga hal yang terpisah, yang dibentuk oleh sirkuit otak, neurotransmitter, dan hormon.

LGBTQ+ bukanlah deviasi, ia adalah hal yang normal---sebuah diversitas gender dan seksualitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun