Mohon tunggu...
Annisha Triana Dewi
Annisha Triana Dewi Mohon Tunggu... Editor - siswa SMAN 1 Padalarang

InsyaAllah menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mozaik Kehidupan

26 Februari 2020   18:16 Diperbarui: 26 Februari 2020   18:21 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam ini adalah malam tahun baru, aku harus menjadi manusia yang lebih baik lagi, lebih dewasa dalam menyikapi suatu masalah. Semakin aku berusaha menggapai cita - citaku tapi dalam porsi yang tidak berlebihan. 

Aku mantapkan diriku untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia setelah banyak universitas yang aku inginkan mualai dari UGM, ITB, dan IPB tapi aku merasa ragu untuk masuk universitas itu, melihat kemampuanku yang mungkin tak setinggi itu, walaupun menurut orang lain aku pasti bisa diterima disana namun, sebagian hatiku berkata UPI adalah pilihan terbaik. Karena pernah suatu hari aku berbincang dengan ibuku.

" Bu, gimana kalo Teteh milih IPB?" tanyaku, ibu terdiam beberapa menit lalu berkata "Yakin? Kalau Teteh yakin ya silahkan" tapi ketika beliau berbicara aku merasa ada sesuatu yang tertahan. Lalu hening tak ada percakapan lagi, beberapa menit kemudian ibu berkata lagi "Apa gabisa kuliah di Bandung aja? Kalau Teteh pergi jauh ibu sama siapa disini? Husna mau pesantren masa Teteh mau pergi juga, nanti rumah sepi" dengan nada khawatir. Sesudah percakapan itu aku juga berpikir "iya ya kalo aku pergi dan Husna (adikku) pergi ibu dengan siapa?" aku terus bergelut dengan pikiranku sendiri setelah sekitar seminggu aku memikirkannya, akupun memutuskan untuk kuliah di UPI saja sehingga aku tak perlu jauh dari orangtuaku.

Setelah kejadian itu aku sadar hidupku bukan tentang diriku saja melainkan tentang dua utusan yang Allah.SWT kirimkan untukku, untuk hidupku, dan untuk sela tentang aku. Ya, mereka adalah Ibu dan Bapakku. Dari mereka aku belajar hidup itu bukan tentang harta yang berlimpah tapi tentang suatu kebahagiaan yang mungkin takkan didapat dari keluarga lain selain keluargaku sendiri. 

Setelah aku mentapkan diri untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Kimia, aku meminta doa dan restu kepada Ibu dan Bapakku supaya apa yang mereka doakan sama dengan apa yang aku panjatkan kepada Tuhan. Aku pernah mendengar cerita tentang sebuah keluarga yang dimana anaknya ingin masuk ke universitas lalu, orang tua dan anak memiliki doa yang sejalan, saling beiringan, dan jelas apa yang kita minta kepada-Nya. 

Kalian tau apa yang terjadi? Anaknya lulus di universitas yang diinginkan tersebut. Lalu aku menceritakannya kepada ibuku lalu beliau berkata "Segala sesuatu itu mudah buat Allah kalau kamu berusaha dan tidak lalai sama perintahnya permintaan apapun akan Allah kabulkan dengan cara yang mudah, kalaupun dikasih sulit berarti Allah sedang menguji kamu".

Setelah selesai mendaftar universitas aku hanya bisa berdoa karena ikhtiarku sudah usai untuk diterima di jalur snmptn. Tak lupa aku juga terus berusaha ujian nasionalku dan UTBK dan akupun terus berdoa supaya namaku tertulis di universitas yang aku daftar. Sebelum ujian nasional dimulai aku dan teman teman yang lain di pusingkan dengan peliknya tugas akhir dan portofolio sebagai salah satu syarat nilai di ijazah , tapi syukurlah aku bisa melewatinya dengan baik. 

Setelah menunggu cukup lama ujian nasionalpun dimulai dan aku diberi kelancaran untuk mengerjakan semua mata pelajaran yang di ujikan. Beberapa hari setelah ujian aku semakin gugup untuk menerima hasil snmptn, kamar menjadi tempat aku merenung antara lega karena telah selesai ujian nasional dan gelisah menunggu pengumuman. Kadang aku mencurahkannya lewat tulisan, tidur, atau bernyanyi lagu kesukaanku. Hal itu cukup mengalihkan sedikit pikiranku tentang pengumuman snmptn. Ingat ya hanya sedikit!

Keesokan harinya saat pengumuman itu tiba aku tak berani membukanya sampai - sampai yang membukanya adalah ibuku. Reaksi ibuku hanya diam ah aku sudah tahu hasilnya pasti tak memuaskan. Namun, takku sangka ekspresi ibu selanjutnya adalah ia menangis tapi tangisannya seperti tangisan bahagia lalu ia memelukku dan berkata, "Selamat Teh usahamu tak sia - sia Allah memberi sesuatu yang lebih dari indah untuk ibu untuk keluarga ini ibu bangga sama kamu". Betapa bahagianya aku melihat hasil pengumuman snmptn itu pada tanggal 4 April pukul 22.50 tertera jelas namaku diterima diuniveraitas dan jurusan yang aku inginkan. Hari itu adalah salah satu hari yang paling membahagiakan selama 17 tahun aku hidup.

Ternyata benar ya usaha tak pernah mengkhianati hasil, jika kalian terus berdoa dan berusaha maka tak akan sekecil apapun kalian mendapatkan kekecewaan.

Tahun kemarin adalah tahun dimana aku mendapatkan pendewasaan untuk diriku sendiri, tahun dimana harapan - harapan muncul, tahun dimana aku memulainya dari awal. Tahun ini adalah hasil dari usahaku di tahun, bulan, minggu, dan hari kemarin. Hasil yang sangat manis sekali rasanya sampai aku tak pernah lupa dengan salah satu bagian cerita paling indah dalam hidupku. Awal dari cerita ini mungkin sangat amat menyakitkan, tapi dibalik itu semua Allah selalu memberi hikmah yang tak oernah kau duga sebelumnya. Maka teruslah berusaha, selalu berdoa, cintai diri kalian sendiri, dan prioritaskanlah apa yang telah menjadikanmu prioritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun