Mohon tunggu...
Annisha Triana Dewi
Annisha Triana Dewi Mohon Tunggu... Editor - siswa SMAN 1 Padalarang

InsyaAllah menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mozaik Kehidupan

26 Februari 2020   18:16 Diperbarui: 26 Februari 2020   18:21 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Ibu sedih pak lihat anak kita, ia selalu ingin sesuatu tapi ga pernah bisa bilang, ibu merasa gagal pak ga bisa menuhi kebutuhan anak kita." kata ibu sambil menangis. Bapak hanya bisa diam, meskipun aku tahu bapak pun pasti memikirkan hal itu.

Sejak percakapan itu, tekadku semakin kuat untuk membahagiakan ibu dan bapakku. Aku harus belajar dengan sungguh - sungguh supaya aku bisa mencapai tujuanku. 

Saat memulai menata dari awal rintangan tak mudah di lewati. Dimulai dari aku yang sedang malas belajar, atau malah melamun saat belajar. Bahkan tak jarang setelah aku belajar berjam - jam aku merasa aku tak belajar apa - apa, hal itu pula yang membuat aku kadang rasanya ingin menyerah saja.

Saat akan kenaikan kelas semangat belajarku masih belum juga tumbuh, lalu aku membuka sosial media dan terputarlah sebuah video yang berisi lagu yang syairnya adalah "cukupkanlah ikatanmu, relakanlah yang tak seharusnya untukmu, yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri" lagu itu berjudul Rehat yang dibawakan oleh Kunto Aji dan aku mulai menyadari semua ini bukan akhir dari semuanya masih ada yang harus aku gapai masih ada yang harus aku wujudkan. 

Setiap aku mendengarkan lagu itu yang terbayang dalam pikiranku hanya wajah orang tuaku. Akupun mulai menata kembali semangatku, meyakinkan diriku sendiri apa tujuanku belajar, harus mulai darimana aku belajar, dan hal itu bekerja sangat baik seolah semesta sedang mendukungku untuk lebih baik lagi dan membanggakan orang tuaku. Aku belajar dengan sungguh - sungguh mempersiapkan kenaikan kelas setelah semua ujuan selesai aku hanya bisa berharap semoga mendapat hasil yang terbaik.

Hari pembagian rapotpun tiba, aku merasa sangat gugup sampai semalaman tak bisa tidur. Ketika aku menerima rapot tersebut ternyata tak ada nilai yang dibawah kkm dan poin plusnya lagi aku mendapat peringkat ke-4 tak pernah terbayang olehku untuk mendapat hal tersebut karena bagiku mendapat nilai diatas kkmpun sudah menjadi rejeki yang sangat besar bagiku. 

Karena aku akan menginjak kelas 12 maka aku harus mulai memikirkan setelah sekolah aku mau jadi apa? Saat itu aku melihat teman - temanku mulai berambisi untuk mencapai kampus impiannya. Aku juga mulai memikirkan hal yang sama walaupun sebenarnyabaku telat untuk 'ngambis' tapi toh lebih baik telatkan dari pada tidak sama sekali.

Aku mulai mencari - cari universitas mana yang akan aku pilih, jurusan apa, dan lewat jalur apa. Pertama - tama pilihanku jatuh pada pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 

Tapi aku ragu, lalu aku memilih yang lain yaitu kimia atau pendidikan kimia dan aku yakin. Mungkin namanya juga godaan ketika teman - temanku akan masuk jurusan ini aku ikut, ketika temanku memilih jurusan itu aku juga ikutan. Pokoknya aku labil sekali pada saat itu dan aku terbuai lagi sampai aku tak menjadi diriku sendiri lagi. 

Pada saat itu masalah juga bertubi - tubi datang sampai membuat aku stress. Pernah satu waktu aku benar - benar sudah tidak kuat lagi untuk memendam aku memikirkan bagaimana jika aku bunuh diri saja namun, malaikta baik dalam diriku masih memiliki pengaruh besar dalam diriku dan seolah berkata "apa jika kamu menyelesaikan hidupmu semua akan baik baik saja?

 Lihat orang tuamu selalu menunggumu ketika pulang sekolah, memberimu uang jajan walaupun penghasilannya tak seberapa, apa kamu sudah membahagiakan orang tuamu". Dikamar, tempatku menumpahkan segala emosi aku merenungkan lagi sikapku, idealismeku, dan keadaan ekonomi orangtuaku yang bisa dibilang krisis. Aku terlalu berambisi dan terlalu egois sampai lupa tujuan awalku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun