Beberapa catatan-catatan negatif yang didapatkan Indosiar selama 4 tahun berturut-turut menjadi official broadcaster liga Indonesia, yaitu Indosiar selaku official broadcaster dianggap terlalu ikut campur dalam pengaturan jam kick-off pertandingan tim peserta liga yang bisa dilihat bahwa penyelenggaraan penayangan dilakukan pada jam-jam memasuki malam hari.
Hal itu mengakibatkan bagi penonton yang berada di wilayah timur kesulitan karena perbedaan jam yang signifikan dan memungkinkan dapat mengganggu jam biologis bagi pemain maupun penonton.Â
Dari segi kualitas penyiaran yang buruk, bukan hanya dari komentator yang tidak dapat menghidupkan suasana yang mengajak penonton untuk larut menikmati jalannya pertandingan yang disuguhkan dan nihil dalam meningkatkan energi antusiasme, tetapi juga penempatan iklan yang mengganggu dan menghalangi gambar pertandingan.
Selain itu pula, tidak ada layanan streaming khususnya di Facebook atau Youtube seperti channel lain yang apabila dilihat dari fungsional sejatinya sepak bola adalah hiburan bagi seluruh masyarakat Indonesia sehingga tidak ada pembatasan penikmat tontonan yang seharusnya mampu memberikan kemudahan akses.Â
Tidak ada perubahan signifikan yang dilakukan terhadap official broadcaster selama 4 musim padahal Indosiar selalu menggembor-gemborkan slogan sebagai rumah sepak bola Indonesia.Â
Indosiar juga dianggap gila terhadap perolehan rating hingga absen pada kepuasan penonton sepak bola itu sendiri bahkan lupa bahwa kemauan penonton adalah hal yang utama.Â
Kelayakan stasion televisi Indosiar sebagai media penyiaran harus dikaji lebih dalam oleh pihak terkait yang mengurusi penyelenggaraan liga Indonesia.Â
Evaluasi untuk musim ke depan harus segera dilakukan demi memberikan kenyamanan penonton dalam menyuguhkan pertandingan yang harus segera dipecahkan oleh penyelenggara sepak bola Indonesia, PT LIB. Selain itu, PSSI sebagai organisasi utama yang berperan dalam perbaikan kerangka sepak bola Indonesia harus gencar membuat perubahan besar-besaran dari segala bidang.
Potret sepak bola Indonesia dengan berbagai permasalahan yang melengkapi di dalamnya seperti yang panas dibincangkan mengenai kasus pengaturan skor yang dapat menciderai sportivitas publik, problematika suporter baik oknum yang mengintimidasi, dan tunggakan utang oleh PT LIB.Â
Permasalahan yang datang dari internal tubuh sepak bola seperti ketidaklayakan PSSI sebaagi federasi naungan dalam memberikan solusi yang malah menambah kadar paparan racun bagi kekokohan sepak bola Indonesia yang patut dipertanyakan. Keberadaan suporter cinta mati yang tanpa disadari bahwa keloyalannya kalah tipis dengan makna fanatisme yang menguar.
PSSI sebagai pemegang setir patut dipertanyaakaan kapasitas dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang mampu memberikan perubahan seminim apapun itu asalkan membawa tren positif.Â