Mohon tunggu...
Annisa Salsabilla
Annisa Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di UNIDA Gontor

konten seputar Hubungan Internasional dan isu kontemporer saat ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Abu Bakar dalam Musyawarah yang akan Menjadi Khalifah Pengganti Rasulullah

7 September 2022   23:33 Diperbarui: 7 September 2022   23:44 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasulullah wafat pada tanggal 12 2 Rabiul Awwal tahun 11 H dan menimbulkan keresahan yang seriau di kalangan kaum Muslimin ketika itu. Hal ini disebabkan karena Rasulullah merupakan komando tertinggi, seorang pemikir, teman sekaligus petunjuk jalan bagi para pengikutnya. Bagi kaum muslimin, hidup tanpa adanya sosok Rasulullah sangatlah sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan. 

Sebab saat mereka berada bersamanya, secara tidak sadar mereka telah sangat tergantung kepada petunjuk dan nasehatnya. Dengan demikian tidak mengherankan, jika pada saat wafatnya Nabi kebingungan besar melanda para sahabat dan seluruh warga mislin di Madinah.

Di saat Rasulullah wafat ada empat kelompok penting:

  • Orang-orang Muhajirin, yakni kaum yang melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, yang mencari perlindungan di Madinah setelah sepuluh tahun sebelumnya mereka berada di bawah kepemimpinan Rasulullah di tanah Mekkah. Di antara orang-orang yang paling menonjol dari kelompok Muhajirin ini adalah Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah.
  • Orang-orang Anshar, yakni orang-orang Madinah yang membantu Rasulullah dan kaum Muhajirin Mekkah. Pimpinan mereka adalah Sa'ad bin Ubadah.
  • Para Pemberi Legitimasi, mereka adalah kelompok yang menyatakan bahwasanya Ali, Zubair dan Abbas adalah wakil-wakil mereka yang sebenarnya. Mereka menyatakan bahwasanya Rasulullah pada saat Haji Wada' telah mewasiatkan di Jabal Arafat, pada tahun 632 H. bahwa Ali adalah teman dan penggantinya.
  • Kelompok Muawwiyin. Mereka adalah orang-orang memiliki kekuatan besar di zaman pra Islam. Dan hingga Islam datang, mereka masih merupakan kelompok elit.

Ketika para penduduk Madinah tenggelam dalam kesusahan yang dalam akibat meninggalnya Rasulullah, Pimpinan-pimpinan dari kaum Anshar mengadakan pertemuan yang sangat mendadak sebagai pemilihan siapa yang berhak menggantikan Rasulullah. Mereka yang berkumpul saat itu, aklamasi memilih Saad bin Ubadah, yang terbaring karena sakit demam di pojok ruang pertemuan. Kata-kata yang menjelaskan keutamaan kaum Anshar yang menbantu Rasulullah tanpa pamrih seakan-akan memiliki kedudukan yang sangat besar sehingga mereka melakukan pemilihan sepihak dan memilih pengganti Rsulullah dari kaum mereka sendiri.

Beberapa saat kemudian, datanglah Abu Bakar ketempat pertemuan Bani Sa'idah tersebut. Andaikata Abu Bakar tidak datang di tempat itu pada saat yang tepat, jarum sejarah umat Islam akan lain adanya. Abu Bakar memperingatkan kaum Anshar untuk mengenali secara jernih realitas sosial dan keterbatasan situasi. 

Abu Bakar dengan gembira menghargai pengabdian mereka untuk dakwah Islam, pengabdian mereka terhadap tugas-tugasnya, dan dedikasi mereka yang tak terhingga terhadap pimpinan yang telah meninggal (Rasulullah), namun dia juga sekaligus menyatakan dengan terus terang bahwasanya orang-orang Arab tidak akan patuh kepada pimpinan selain orang-orang Quraisy, pelayan Ka'bah sejak zaman dahulu. 

Kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk menjadi juru bicara kaum Muslimin tidaklah meleset. Integritasnya diakui dan tak ada yang mencelanya. Ketulusan hati dan kejujuran yang memancar dari diri Abu Bakar serta kefasihannya dan argumen-argumennya telah merubah pandangan orang-orang Madinah yang hadir saat itu.

Abu Bakar mengakhiri ucapannya dengan harapan bahwa kaum Anshar akan memilih satu di antara dua orang yang hadir waktu itu, yaitu Umar bin Khaththab atau Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai khalifah. Dua orang pimpinan kaum Anshar, Zaid bin Tsabit dan Basyir bin Sa'ad, segera tampil menyambut baik ucapan Abu Bakar dan menyatakan kepada yang hadir untuk segera mengakhiri segala perselisihan. Dua calon yang dinominasikan oleh Abu Bakar tidak menerima. 

Sebaliknya mereka setuju menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah. Mereka menyatakan, "Wahai Abu Bakar, engkau adalah orang yang paling baik di antara orang-orang Muhajirin, dan engkau adalah satu-satunya orang yang menemani Nabi pada saat dia berada di dalam gua Tsur, dan engkau jugalah yang pernah memimpin shalat saat Rasulullah masih hidup, lalu masih adakah orang lain yang lebih cocok untuk menggantikannya setelah kematiannya selain engkau sendiri?"

Dua sahabat, Umar dan Abu Ubaidah, segera meminta Abu Bakar untuk memberikan tangannya agar keduanya bisa menyatakan sumpah setia (baiat) kepadanya. Namun sebelum keduanya sempat menyatakan sumpah setia, Basyir bin Sa'ad telah mendahului mereka menyatakan sumpah setianya terlebih dahulu. Kemudian diikuti oleh Umar dan Abu Ubaidah baru disusul oleh seluruh massa yang hadir di dalam ruang pertemuan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun