Mohon tunggu...
Annisa Nur
Annisa Nur Mohon Tunggu... Pemelajar

Bermanfaat bagi sekitar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca Al-Qur'an sebagai Terapi Jiwa: Antara Spiritualitas dan Sains

26 September 2025   13:21 Diperbarui: 26 September 2025   13:34 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Al-Qur'an (Sumber: Pexels/Rubaitul Azad)

Di tengah arus kehidupan modern yang penuh kesibukan, tekanan pekerjaan, dan berbagai tantangan sosial, banyak orang merasa kehilangan ketenangan batin. Kegelisahan, stres, bahkan depresi menjadi fenomena umum yang dialami berbagai kalangan. Manusia kemudian mencari beragam cara untuk memperoleh kedamaian jiwa mulai dari meditasi, terapi psikologis, hingga aktivitas rekreasi.

Bagi umat Islam, salah satu sumber utama ketenangan adalah Al-Qur'an, kitab suci yang bukan hanya berisi petunjuk hidup, tetapi juga menjadi syifa' (obat penenang hati). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd:28:

"Alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub"
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram".

Ayat ini menegaskan bahwa ketenangan jiwa sejati hanya dapat dicapai melalui hubungan yang erat dengan Allah, dan membaca Al-Qur'an adalah salah satu bentuk dzikir yang paling utama.

Baca Al-Qur'an sebagai Dzikir dan Terapi Jiwa

Membaca Al-Qur'an bukan sekadar aktivitas membaca kata-perkata atau melafalkan huruf, melainkan termasuk dzikir, ingat akan Allah yang melekat di hati. Dzikir membawa jiwa keluar dari kepenatan pikiran duniawi; menghubungkan manusia langsung dengan Sang Pencipta, yang dalam Islam dipercaya sebagai jalan mendapatkan ketenangan batin. Dalam banyak riwayat ulama dan literatur tasawuf, bacaan Al-Qur'an dianggap syifa' dan obat hati yang berfungsi  untuk menenangkan kegelisahan, membuang keraguan, menumbuhkan harapan, serta mendekatkan seseorang kepada sifat tawakkal dan sabar.

Secara psikologis, hubungan antara dzikir lewat tilawah Al-Qur'an dan kesehatan mental melibatkan beberapa aspek:

  • Rasa damai: Hati merasa ringan, tenang ketika bacaan diiringi pemahaman atau rasa ikhlas.
  • Optimisme: Bacaan yang mengandung pesan harapan dan rahmat Allah membantu menaikkan semangat dan mengurangi keputusasaan.
  • Jauh dari kecemasan: Dengan fokus kepada suara, arti, dan penghayatan bacaan, pikiran-pikiran negatif dan kekhawatiran bisa mereda.

Bukti Penelitian

Sejumlah penelitian modern semakin memperkuat pandangan bahwa membaca maupun mendengarkan Al-Qur'an benar-benar berdampak positif bagi kesehatan mental dan emosional. Misalnya, sebuah scoping review yang dilakukan oleh Moulaei pada tahun 2023 menelaah 15 studi berbeda, baik eksperimen maupun quasi-eksperimen, dari berbagai negara Asia. Hasil kajian tersebut menunjukkan konsistensi temuan bahwa membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur'an mampu menurunkan tingkat stres, kecemasan, bahkan depresi, pada berbagai kelompok usia dan kondisi.

Tidak hanya itu, sebuah systematic review yang dipublikasikan pada tahun 2022 juga meneliti 20 artikel terkait praktik mendengarkan, membaca, maupun menghafal Al-Qur'an. Tinjauan ini menegaskan bahwa tilawah tidak hanya berpengaruh pada aspek psikologis, tetapi juga memberikan peningkatan pada kualitas hidup secara menyeluruh, termasuk tidur yang lebih baik dan kesehatan fisik yang lebih stabil.

Lebih spesifik, sebuah systematic review mengenai efek bacaan Al-Qur'an terhadap kecemasan yang mengkaji berbagai uji coba terkontrol sejak tahun 1990-an menyimpulkan bahwa mendengarkan tilawah secara konsisten menurunkan skor kecemasan dibanding kelompok kontrol. Artinya, manfaat ini tidak hanya dirasakan secara subjektif, melainkan juga terukur dalam penelitian ilmiah yang ketat.

Dalam konteks medis, penelitian pada 238 pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi menemukan hasil menarik. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok yaitu mendengarkan bacaan Al-Qur'an, mendengarkan musik, dan kelompok kontrol tanpa intervensi. Baik Al-Qur'an maupun musik ternyata sama-sama efektif menurunkan kecemasan pra-kemoterapi. Namun, bacaan Al-Qur'an menunjukkan efek yang lebih signifikan, terutama dalam memberikan ketenangan spiritual yang tidak dimiliki oleh musik.

Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian kualitatif di sebuah pesantren modern di Bandung memperlihatkan betapa besar dampak tilawah terhadap keseharian para santri. Mereka yang rutin membaca Al-Qur'an dengan adab, kekhusyukan, dan mengikuti etika bacaan, merasakan peningkatan ketenangan pikiran serta kestabilan emosi. Santri-santri tersebut menggambarkan perasaan damai dan hati yang lebih tenteram setelah terbiasa berinteraksi dengan Al-Qur'an dalam keseharian mereka.

Keseluruhan hasil penelitian ini menegaskan satu hal:
Membaca dan mendengarkan Al-Qur'an bukan hanya amalan ibadah, tetapi juga terapi jiwa yang teruji secara ilmiah.

Kisah Ulama: Al-Qur'an sebagai Penenang Jiwa

Para ulama sejak dahulu sudah mencontohkan bagaimana Al-Qur'an menjadi sumber ketenangan hati. Salah satunya adalah kisah Imam Ahmad bin Hanbal. Diceritakan bahwa beliau pernah dipenjara dan mengalami berbagai tekanan dari penguasa. Namun, di tengah kondisi sulit itu, Imam Ahmad tetap rutin membaca dan menghafal ayat-ayat Al-Qur'an. Beliau berkata bahwa kekuatan dan ketenangan yang membuatnya tabah menjalani ujian adalah karena bacaan Al-Qur'an yang senantiasa menenangkan hatinya.

Kisah lain datang dari Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dalam bidang tasawuf. Dalam kitab Ihya Ulumuddin, beliau menekankan bahwa tilawah Al-Qur'an bukan sekadar membaca teks, melainkan sebuah perjalanan hati. Menurutnya, orang yang membaca dengan penuh penghayatan akan merasakan "cahaya Al-Qur'an" masuk ke dalam jiwa, yang menghadirkan rasa damai, sabar, dan yakin kepada Allah.

Dari teladan para ulama ini, terlihat bahwa bacaan Al-Qur'an bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga penopang kekuatan mental. Bahkan dalam keadaan paling sulit sekalipun, mereka menemukan ketenangan dan kekuatan jiwa melalui tilawah.

Kesimpulan

Membaca Al-Qur'an bukanlah sekadar ibadah yang bernilai pahala, tetapi juga terapi jiwa yang mampu menenangkan hati, meredakan stres, dan menumbuhkan rasa optimisme. Baik melalui penjelasan para ulama maupun hasil penelitian ilmiah, tilawah terbukti membawa pengaruh positif bagi kesehatan mental dan spiritual.

Di tengah tantangan hidup modern yang penuh tekanan, rutinitas membaca Al-Qur'an sangat relevan untuk menjaga keseimbangan jiwa. Al-Qur'an hadir sebagai cahaya penuntun, sekaligus obat yang menguatkan hati dari kegelisahan.

Imam Al-Ghazali berkata:

“Bacaan Al-Qur’an adalah obat hati dan cahaya bagi jiwa yang gelisah.”

Karena itu, marilah kita jadikan tilawah Al-Qur'an sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan hanya saat menghadapi masalah, tetapi sebagai amalan yang senantiasa menumbuhkan ketenangan, kedekatan dengan Allah, dan kedamaian batin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun