Di tengah dunia yang bergerak cepat dan seringkali terasa bising, kita sering lupa bahwa proses penyembuhan diri tak selalu harus mahal atau rumit. Dalam perjalanan hidup yang penuh tekanan dan tuntutan, saya menemukan bahwa memasak---aktivitas yang selama ini saya anggap sebagai rutinitas biasa---ternyata bisa menjadi bentuk self healing yang begitu personal dan menyelamatkan. Memasak bukan sekadar tentang menyiapkan makanan; ia adalah sebuah ritual yang membawa saya kembali ke momen sekarang, mengingatkan saya akan pentingnya kehadiran dan perhatian terhadap diri sendiri.Saat saya berdiri di dapur, dengan pisau di tangan dan bahan-bahan segar di depan saya, saya merasakan kehadiran yang mendalam. Setiap potongan sayuran, setiap adukan bumbu, dan setiap detik yang saya habiskan menunggu air mendidih adalah pelajaran tentang kesabaran dan fokus. Dapur menjadi ruang kecil yang memberi saya kendali atas sesuatu, ketika di luar sana, banyak hal terasa di luar kendali. Dalam dunia yang sering kali tidak terduga, dapur menjadi tempat di mana saya bisa merancang dan menciptakan sesuatu yang nyata.Makanan yang saya masak bukan hanya untuk mengisi perut. Ia menjadi bentuk cinta untuk diri sendiri. Dalam setiap suapan, saya belajar menerima bahwa saya layak diberi perhatian, bahkan jika hanya oleh diri saya sendiri. Ada rasa syukur yang tumbuh saat menyajikan sesuatu buatan tangan sendiri, meski hanya semangkuk mie dengan telur dadar. Setiap hidangan yang saya buat adalah pengingat bahwa saya memiliki kemampuan untuk menciptakan, untuk memberi, dan untuk merawat diri sendiri. Ini adalah bentuk penghargaan yang sederhana namun mendalam.
Self healing tidak selalu tentang meditasi di tempat sunyi atau perjalanan jauh ke pegunungan. Kadang, ia hadir lewat aroma bawang putih yang ditumis, suara mendesis dari wajan, atau bahkan melalui kegagalan resep yang membuat kita tertawa sendiri. Dalam memasak, ada proses kreatif yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan diri, ruang untuk gagal dan mencoba lagi, serta kesempatan untuk memperlambat langkah. Setiap kali saya mencoba resep baru, saya merasakan campuran kegembiraan dan kecemasan---perasaan yang sama yang sering saya alami dalam hidup. Namun, di dapur, saya belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses yang membawa saya lebih dekat kepada diri saya sendiri.
Psikolog Debbie Mandel, penulis "Addicted to Stress", pernah mengatakan, "Activities like cooking or gardening are active forms of meditation that ground you in the present." Aktivitas seperti memasak bisa menjadi meditasi aktif yang membantu kita hadir di saat ini---dan hadir adalah langkah awal untuk pulih. Dengan setiap langkah yang saya ambil di dapur, saya merasakan ketenangan yang mengalir melalui diri saya, mengalihkan perhatian dari kekhawatiran dan stres yang sering kali membebani pikiran.
Sementara itu, studi dari Journal of Positive Psychology (2016) menemukan bahwa kegiatan seperti memasak dan membuat kue dapat meningkatkan kesejahteraan emosional karena memberi rasa pencapaian dan kontrol dalam hidup yang seringkali terasa kacau. Ketika saya menyelesaikan sebuah hidangan, saya merasakan kepuasan yang mendalam, seolah-olah saya telah menyelesaikan sebuah proyek besar. Ini adalah pengingat bahwa saya memiliki kekuatan untuk menciptakan sesuatu yang baik, bahkan di tengah ketidakpastian.
Hari-hari ini, saat dunia digital menawarkan begitu banyak distraksi, kembali ke hal-hal sederhana seperti memasak bisa menjadi penyelamat. Kita butuh tempat untuk merasa cukup, dan dapur bisa menjadi salah satunya. Dalam momen-momen tenang di dapur, saya menemukan kembali diri saya, meresapi setiap detik yang berlalu. Saya belajar untuk menghargai proses, bukan hanya hasil akhir. Karena pada akhirnya, memulihkan diri bukan tentang mencari yang luar biasa. Tapi tentang mengenali apa yang membuat kita merasa pulang---dan bagi saya, itu dimulai dari dapur.
Dapur bukan hanya sekadar tempat untuk memasak; ia adalah ruang di mana saya bisa berhubungan dengan diri saya sendiri, merayakan keberhasilan kecil, dan belajar dari setiap kegagalan. Dalam setiap hidangan yang saya buat, saya menemukan bagian dari diri saya yang mungkin telah lama hilang. Memasak mengajarkan saya bahwa dalam kesederhanaan, terdapat keindahan yang mendalam. Dan dalam kehadiran, terdapat kekuatan untuk menyembuhkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI