Mohon tunggu...
Politik

Sifat Delusional GN Setelah Tidak Menjadi Panglima TNI

9 Februari 2018   18:36 Diperbarui: 9 Februari 2018   18:42 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia kontemporer saat ini, kelakuan delusional makin banyak saja di dunia maya. Delusional merupakan penyakit kejiwaan yang melihat dirinya besar melebihi kapasitas aslinya. Sifat delusif ini bisa membuat seseorang menjadi jumawa dan tak mengenal batas pijakannya.

Mungkin seperti itu juga yang sedang dialami oleh mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantryo. Pasalnya, jenderal bintang empat itu dalam sebuah pidato menyamakan dirinya dengan sahabat Nabi, Khalid bin Walid. Saat itu dirinya sedang memberikan kuliah umum di Ma'had Al Zaytun, Indramayu. Kemudian ada pertanyaan, bagaimana perasaannya saat dicopot dari jabatan Panglima TNI.

Di saat itulah GN menyamakan dengan dirinya dengan Khalid bin Walid. Melalui cerita kiasan itu, seakan ia ingin menyampaikan bahwa dirinya tidak mengejar jabatan apapun, namun hanya untuk mengabdi pada agama, bangsa dan negara. Sebagaima Khalid bin Walid. Tentu saja, apa yang diucapkan oleh GN itu sangat jauh dari kenyataannya. Baik dari segi substansi maupun cara penyampaiannya.

Pertama, GN jelas secara kualitas sangat jauh dibandingkan seorang sahabat Nabi. Kapasitas pribadi GN tidak layak untuk disandingkan dengan Khalid bin Walid. Sahabat Nabi merupakan sosok yang sholeh secara pribadi dan sosial. Ia tak mungkin melalukan tindakan yang bertentangan agama.

Berbeda dengan GN, misalnya, yang belakangan diketahui memiliki hubungan terlarang dengan staffnya sendiri. Kedua, tak mungkin GN hanya mengabdi pada agama, bangsa dan negara saja. Apalagi bila dirinya mengaku tak melirik jabatan apapun. Faktanya menjelang dicopot kemarin, GN terbukti secara menyakinkan sedang bermanuver politik. Ia mendekati basis massa Islam untuk mendapatkan simpati. Misalnya, melalui pendapat-pendapatnya soal kasus aksi berjilid 212 atau kasus pencekalan ke AS beberapa waktu lalu.

Apa yang dikatakannya itu menjadi isapan jempol belaka bila dia mengaku tak bermain politik. Hal tersebut adalah tindakan bermuka dua dalam dunia politik. Dengan adanya kontras antara perkataan dan tindakannya tersebut, maka GN tak layak disamakan dengan Khalid bin Walid. Menyamakan keduanya sama saja menghina kualitas sahabat Nabi itu sendiri.

Di sisi lain, sifat delusional tersebut juga menampilkan sikap yang angkuh dan jumawa karena menempatkan dirinya tidak pada tempatnya. Ia meninggikan dirinya seolah seluruh rakyat Indonesia memandang positif sosoknya. Dan, akan selalu berpihak padanya. Begitulah sifat delusif yang bisa menjatuhkan seorang tokoh. Jangan sampai kita tertipu oleh mulut yang hanya "lamis".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun