Mohon tunggu...
Annisa Daulay
Annisa Daulay Mohon Tunggu... -

IMDb http://www.imdb.com/user/ur35486420/?ref_=nb_usr_prof\r\n\r\nTumblr http://unconditionalifestuff.tumblr.com/\r\n\r\nInstagram http://instagram.com/annisadaulay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jasa Besar Si Orang Kecil

2 Februari 2014   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa yang tidak kenal dengan Universitas Indonesia (UI)? Kampus yang dinobatkan sebagai universitas terbaik di negeri ini pun tidak hanya terkenal dengan prestasinya yang gemilang di kancah nasional maupun internasional, namun juga terkenal dengan julukannya yaitu Green Campus. Sebagian besar wilayah kampus UI bisa dikatakan area hijau berwujud hutan kota. Di lokasi seluas kurang lebih 320 hektar inilah banyak orang mengais rezeki mereka, salah satu di antaranya adalah para tukang sapu.

Suatu pagi kutelusuri jalan sepanjang UI hingga akhirnya berhenti di depan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kulihat dua orang ibu-ibu berperawakan agak tua sedang saling bersenda gurau. Tak luput juga dari penglihatanku sapu mereka yang mondar-mandir, menyeret-nyeret dedaunan yang berserakan di tanah hingga akhirnya terkumpul menjadi tumpukan daun-daun kering yang lumayang besar.

Mereka mengenakan seragam berwarna oranye yang lusuh dan agak kotor. Dengan topi rotan besar yang cukup lebar untuk melindungi wajah mereka dari pancaran sinar matahari pagi saat itu. Tak lupa agar topi tetap berada pada posisi yang diinginkan, mereka mengikat topinya dengan sehelai kain yang tak kalah lusuh dibanding dengan pakaian mereka.

Salah satunya bernama ibu Aas. Di usianya yang kini menginjak 40 tahun ia berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya dengan bekerja sebagai tukang sapu. Dengan malu-malu ia menceritakan bahwa menjadi tukang sapu ia lakukan untuk membantu suaminya yang berprofesi hanya sebagai pedagang kecil. Sudah kurang lebih sembilan tahun, setiap hari senin sampai jumat ibu Aas berangkat dari rumahnya di daerah Citayam, Bogor dengan kereta ekonomi dan menjalani pekerjaannya yang bersimbah peluh sebagai tukang sapu dengan upah hanya dua puluh ribu rupiah per harinya.

Berjalan tak terlalu jauh dari Fakultas Hukum, tempatku menemukan bu Aas, di depan gedung Balairung aku bertemu dengan tukang sapu yang ternyata usianya masih sangat muda. Dengan perawakan tubuh yang kecil, mengenakan seragam oranye yang kotor lengkap menggunakan sapu dengan tiang kayu yang tingginya hampir setara dengan tubuhnya. Dengan kaki telanjang yang kotor anak ini membersihkan rumput-rumput yang baru saja di pangkas dan berserakan di tanah, beserta juga dedaunan kering yang berjatuhan di atas rumput.

Tak jauh nasibnya dengan ibu Aas, Arul yang masih berusia 17 tahun mengaku bekerja sebagai tukang sapu sejak januari 2011. Menjadi seorang tukang sapu, apalagi di saat usianya yang masih 17 tahun mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Arul. Siapa yang menyangka di balik tubuh kecil dan kurus itu, ia harus mencari nafkah untuk biaya hidupnya dan keluarga. Ia mengaku bekerja sebagai tukang sapu karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah dan juga untuk mencari tambahan untuk biaya hidup keluarganya Ayahnya hanya seorang buruh dan ibunya seorang ibu rumah tangga..

Sama halnya dengan pekerja lain, Arul bekerja dari pagi hingga sore hari dengan upah dua puluh lima ribu rupiah saja. “Namanya juga kerja dibawa senang saja, ya enaknya sih kalau lagi istirahat kumpul dan makan sambil ngobrol bareng teman-teman” ucap Arul saat ditanya suka duka menjadi tukang sapu disela-sela kesibukannya mengumpulkan tumpukan rumput yang akan dimasukkan ke dalam karung.

Tukang sapu di komplek kampus UI tak bisa dipastikan berapa banyak jumlahnya namun yang pasti sangat banyak. Biasanya yang paling dominan adalah laki-laki, namun tidak sedikit pula perempuan bahkan ada juga anak-anak dan remaja. Mereka bekerja mulai hari senin sampai jumat pukul 07.00 hingga pukul 12.00 lalu istirahat selama satu jam dan kembali bekerja pukul 13.00 hingga pukul 15.00.

Bu Aas dan Arul merupakan contoh pekerja keras yang tak kenal lelah. Mereka tetap bertahan dengan pekerjaan mereka disaat kerja keras yang mereka lakukan tak sebanding dengan apa yang diterimanya. Di kampus besar yang ini ada jasi si orang yang kecil yang kurang diperhatikan.

Keadaan kita seperti sekarang ini harusnya bisa lebih kita syukuri. Di saat kita menikmati kehidupan sehari-hari dan pendidikan yang cukup, di luar sana masih banyak orang yang berusaha keras melakukan pengorbanan demi keberlangsungan hidup mereka dan keluarganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun