Pariangan adalah sebuah desa di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Desa tertua di Minangkabau adalah Pariangan, yang terletak di lereng gunung Marapi pada ketinggian 500-700 MDPL. Cuacanya sejuk dan hijau di Nagari Pariangan. Desa Pariangan banyak dikunjungi oleh turis dan masyarakat umum karena pemandangan dan budayanya yang indah. Di nagari pariangan, banyak peninggalan sejarah yang menunjukkan sejarah awal suku minangkabau. Salah satu daya tarik wisata alam nagari pariangan adalah keindahan alam. Ada banyak tempat untuk tinngi di malam hari untuk melihat pemandangan luar biasa dari kampung ini. Sumber air panas yang digunakan berasal dari gunung marapi langsung. Sumber mata air panas sangat disukai oleh masyarakat karena udaranya yang dingin dan letaknya dekat masjid Ishlah. Di nagari Pariangan juga ada air terjun yang indah.
Desa pariangan terkenal memiliki panorama pegunungan dan persawahan hijau yang siap memanjakan mata para wisatawan yang berkunjung ke desa pariangan. Budaya yang hidup di nagari pariangan beragam, dan sistem adat yang masih dilestarikan sampai sekarang, dilihat dari banyak nya suku serta datuk yang ada di pariangan. Peninggalan sejarah salah satunya berbentuk tulisan di atas batu yaitu prasasti pariangan. Prasasti ini merupakan bagian dari batu tungku tigo sajarangan. Terdapat juga rumah bekas raja dan datuak rajo jepang. Untuk adat istiadat masih meliputi acara perkawinan, batagak penghulu, sunah rasul dan hari raya enam. Berada di lereng gunung merapi, di nagari pariangan terdapat 2 jalur pendakian. Satu jalur di Jorong Padang Panjang yang sudah memiliki kelompok pecinta alam, dan satu lagi terletak di Jorong Guguk yang belum memiliki kelompok pecinta alam.
Kemudian di pariangan juga ada acara alek anak nagari yakni pacu jawi. Pacu jawi (balap sapi) diadakan setiap setelah masa panen padi di kecamatan pariangan. Dalam acara tersebut, sepasang sapi berlari di lintasan sawah berlumpur yang panjangnya antara 60 dan 250 meter, dengan seorang joki berdiri di belakangnya dan memegang kedua sapi itu. Walaupun namanya berarti "balapan", sapi-sapi hanya dilepas sepasang tanpa lawan, dan tidak ada pemenang resmi. Penonton melihat tiap pasang sapi berlari sambil menilainya, terutama berdasarkan kecepatan dan kemampuan berjalan lurus. Kadang-kadang mereka membeli sapi-sapi yang lebih baik dengan harga jauh di atas harga normal. Selama berabad-abad, penduduk Tanah Datar, terutama dari empat kecamatan: Sungai Tarab, Pariangan, Lima Kaum, dan Rambatan, telah mengadakan peristiwa ini untuk merayakan masa panen. Arek pacu jawi adalah pesta budaya dan desa yang mengikuti acara ini. Belakangan, acara ini menjadi tempat wisata yang didukung pemerintah dan menjadi tempat fotografi yang mendapatkan berbagai penghargaan.
Pemerintah mendukung sepenuhnya Nagari Tuo Pariangan dalam pengembangan pariwisata karena tujuan pemerintah untuk menjadikannya objek wisata. Wisata Nagari Tuo Pariangan dianggap sebagai ikon pariwisata Kabupaten Tanah Datar, dan pemerintah memberikan perhatian khusus melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga dengan harapan dapat meningkatkan PAD Kabupaten Tanah Datar dan meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI