Mohon tunggu...
Anne SandraDewi
Anne SandraDewi Mohon Tunggu... Dosen

Akademisi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lingkungan Darurat Sampah: Diam atau Menjadi Pelaku Perubahan?

28 Agustus 2025   16:26 Diperbarui: 28 Agustus 2025   16:26 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Karya SD 3 Kalapanunggal Kab. Sukabumi

Isu lingkungan hidup merupakan bahasan yang tidak pernah selesai karena berkaitan erat dengan keberlanjutan kehidupan manusia dan kelestarian bumi. Isu tersebut sering menjadi sorotan dan digaungkan dalam berbagai forum, baik pada tingkat lokal, nasional maupun internasional. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk respon atas meningkatnya kerusakan lingkungan. Berbagai persoalan berkaitan lingkungan seperti pencemaran udara dan air, penumpukan sampah dan limbah, deforestasi, pemanasan global hingga perubahan iklim menjadi bukti bahwa isu lingkungan hidup harus mendapatkan perhatian yang serius. Lingkungan hidup adalah isu yang semakin mendesak untuk diperhatikan karena menyangkut kelangsungan hidup manusia, keberlanjutan ekosistem serta keseimbangan alam yang terus terancam oleh aktivitas manusia. Para ahli menekankan bahwa keberlanjutan ekosistem adalah prasyarat utama bagi keberlangsungan hidup manusia. Otto Soemarwoto (1991) mendefinisikan lingkungan hidup sebagai jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam suatu ruang yang kita tempati yang dapat mempengaruhi kehidupan kita. Definisi ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya karena segala aktivitas yang dilakukan selalu memberi dampak pada ekosistem, baik positif maupun negatif. Hal senada disampaikan oleh Emil Salim (1984), bahwa lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan memengaruhi kehidupan manusia. Dengan kata lain lingkungan adalah sistem yang saling berkaitan dan perubahan pada salah satu unsur akan memengaruhi unsur lainnya.

Dalam konteks global, salah satu isu lingkungan hidup yang paling mendesak adalah perubahan iklim. Sementara itu di Indonesia, isu lingkungan hidup juga memiliki tantangan besar. Kasus kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan merupakan salah satu persoalan serius yang menimbulkan dampak luas, mulai dari terganggunya kesehatan masyarakat, kerugian ekonomi hingga kerusakan keanekaragaman hayati. Selain itu, pencemaran sungai seperti Sungai Citarum yang pernah dinobatkan sebagai salah satu sungai terkotor di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Greenpeace Asia Tenggara dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat telah menemukan hasil bahwa logam berat yang berasal dari limbah pabrik telah menjadi kontaminan utama Sungai Citarum (konservasidas.fkt.ugm, 20 Juni 2020). Isu lingkungan hidup di Indonesia bukan hanya terjadi di kota besar, wilayah pedesaan juga sering kali menghadapi kendala serius dalam pengelolaan sampah. Meskipun tingkat produksi sampah di pedesaan relatif lebih rendah dibandingkan dengan perkotaan, persoalan pengelolaan sampah tetap menjadi tantangan karena berbagai hal, seperti keterbatasan sarana prasarana serta rendahnya kesadaran masyarakat akan dampak sampah terhadap lingkungan. Salah satu permasalahan utama yang sering dihadapi adalah minimnya infrastruktur pengelolaan sampah. Banyak desa di Indonesia belum memiliki atau masih kekurangan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), dan belum memiliki sistem pengangkutan sampah yang teratur. Akibatnya, sampah rumah tangga sering dibuang ke sungai, lahan kosong atau dibakar secara terbuka. Studi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa lebih dari 60% sampah nasional masih dikelola dengan cara ditimbun atau dibakar. Praktik ini dianggap praktis oleh masyarakat, namun tanpa disadari dapat menimbulkan dampak lingkungan yang serius seperti pencemaran air, kerusakan tanah, penurunan kualitas udara serta potensi masalah kesehatan akibat asap pembakaran. Selain faktor infrastruktur, kurangnya edukasi dan kesadaran masyarakat juga memperburuk kondisi ini. Masyarakat pedesaan masih ada yang memandang sampah sebagai sesuatu yang akan hilang dengan sendirinya ketika dibuang ke alam. Hal tersebut tentu saja keliru, mengingat saat ini semakin banyak sampah yang tidak dapat terurai dalam waktu singkat dan justru menimbulkan pencemaran jangka panjang. Sulitnya pengelolaan sampah di pedesaan bukan hanya berkaitan dengan masalah teknis, tetapi juga terkait dengan dimensi ekonomi, sosial, budaya dan kebijakan. Solusi yang diperlukan adalah penguatan kapasitas desa melalui edukasi masyarakat, dukungan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dasar serta pengembangan inovasi berbasis lokal seperti optimalisasi pengelolaan sampah, pembentukan bank sampah serta kerjasama antar desa dalam sistem pengangkutan dan pengolahan sampah.

Kondisi tersebut menarik perhatian mahasiswa Kelompok 12 Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi di Desa Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi. Edukasi pengelolaan sampah menjadi salah satu program kerja yang dilaksanakan di desa tersebut. Kelompok 12 KKM STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi mencoba membidik anak-anak sekolah dasar dengan nama program “SAKU” Sampahku Karyaku. SAKU adalah sebuah tema yang mengajak masyarakat khususnya anak-anak sekolah dasar untuk memanfaatkan sampah sebagai bahan untuk berkarya. SAKU diperkenalkan kepada anak-anak sekolah dasar dengan harapan kedepannya mereka memiliki kesadaran penuh untuk dapat mengelola sampah sesuai dengan kemampuan dan usia mereka. Kelompok KKM 12 mengunjungi SD 1 Kalapanunggal, SD 2 Kalapanunggal dan SD Panyindangan di Desa Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi. Sosialisasi dilakukan dengan menjelaskan bagaimana pengelolaan sampah secara sederhana dengan membedakan sampah organik dan sampah anorganik, dampak serta manfaat pengelolaan sampah.

Seperti kita ketahui, sampah organik merupakan   jenis sampah yang berasal dari sisa konsumsi makhluk hidup baik berupa tanaman maupun hewan yang dapat terurai secara alami. Sampah ini umumnya bersifat mudah membusuk karena mengandung senyawa organik yang bisa diuraikan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur atau cacing tanah. Contoh sampah organik adalah sisa makanan seperti nasi, sayur, buah, ikan, daging, kulit buah dan sayuran, dedaunan dan ranting, kertas, dus, serta kotoran hewan. Sementara itu, sampah anorganik adalah sampah dari hasil proses olahan manusia yang sulit terurai secara alami. Sampah ini umumnya memiliki daya urai yang sangat lama bahkan berpotensi untuk tidak terurai sama sekali sehingga berpotensi mencemari lingkungan dalam jangka panjang. Contoh sampah anorganik adalah plastik (kantong kresek, botol, sedotan, kemasan sekali pakai, bungkus snack), kaca dan pecahannya, kaleng, logam, aluminimu, styrofoam dan bahan sintesis lainnya. Untuk dapat memberikan edukasi dan pemahaman yang menarik, anak-anak diajak untuk membuat karya berupa kolase dari sisa potongan kemasan snack. Menggunakan bentuk-bentuk yang telah disediakan di atas kertas, potongan-potongan sisa kemasan snack ditempel menggunakan lem. Untuk menambah pemahaman anak-anak sekolah dasar tersebut, Kelompok 12 KKM STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi menciptakan sebuah lagu atau yel-yel untuk dinyanyikan bersama dengan harapan mereka akan mudah mengingat materi sampah tersebut, “buang sampah, buang sampah di tempat sampah, pilih pilih pilih pilih pilih sampahnya. Sampah plastik sampah plastik jadikanlah karyamu, lalu sampah dapur tanam di tanah”

Anak-anak Membuat Kolase Sampah
Anak-anak Membuat Kolase Sampah

        

 

Hasil Karya Anak-Anak
Hasil Karya Anak-Anak

  

Hasil Karya SD 1 Kalapanunggal Kab.Sukabumi
Hasil Karya SD 1 Kalapanunggal Kab.Sukabumi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun