Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Belajar Setia

4 Agustus 2020   18:05 Diperbarui: 4 Agustus 2020   22:37 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Inspiring Words of Mother Teresa (Guideposts,org)

Sebelum pandemi COVID-19 merebak, saya berusaha untuk rutin menghadiri Misa Pagi di Gereja dekat rumah, meskipun tidak setiap hari berhasil melakukannya. Harus saya akui, kadang-kadang saya bangun kesiangan, kadang-kadang saya merasa enggan berjalan sendiri karena derasnya hujan, dan aneka alasan lain yang tidak baik untuk ditiru.

Setelah pandemi COVID-19 menyerang dan gereja ditutup, ada beberapa Gereja yang rutin mengadakan Misa online setiap pagi. Saya pernah berniat mengikutinya setiap hari. Namun, lagi-lagi, saya tidak selalu berhasil mengalahkan keinginan daging. 

Singkat cerita, pagi ini saya ikut Misa online dari sebuah Gereja di daerah Kosambi, Jakarta. Pastor dalam homilinya mengajak umat untuk "setia". Ajakan yang membuat saya tertunduk malu menyadari bahwa hanya untuk sekedar menyediakan waktu sekitar 30 menit sampai 1 jam sehari untuk Tuhan saja, saya belum mampu setia. Ajakan yang menyadarkan saya bahwa saya masih harus banyak belajar agar dapat lebih setia.

Belajar dari Santo Yohanes Maria Vianney

Setiap tanggal 4 Agustus, Gereja Katolik memperingati Santo Yohanes Maria Vianney. Beliau adalah Santo Pelindung Para Imam Seluruh Dunia.

Yohanes Maria Vianney lahir di Dardilly, sebuah dusun dekat Lyons, Perancis, dalam sebuah keluarga petani sederhana. Saat masih dalam Pendidikan di seminari tinggi di Lyons, Yohanes Maria Vianney terkenal karena laku tapa, silih, kerendahan hati dan permenungannya yang mendalam. Tetapi, dalam bidang akademis ia amat lemah; ia sulit sekali belajar dan menghafal.

Pada tanggal 12 Agustus 1815, Yohanes Maria Vianney ditahbiskan menjadi imam. Ia kemudian ditugaskan sebagai imam paroki di sebuah dusun kecil Ars. Di sana ia mengabdi selama 41 tahun, hingga ajal menjemputnya.

Yohanes Maria Vianney menanamkan dalam diri umatnya, kerinduan untuk bertobat. Ia menekankan indahnya kasih pengampunan Tuhan. Kadang-kadang ia harus melayani 400 pengakuan dosa dalam sehari.

Bagi Yohanes Maria Vianney, Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi berhubungan sangat erat. Ia biasa memulai harinya dengan melayani umat yang ingin mengaku dosa. Kemudian, ia membawa mereka yang telah diperdamaikan itu ke perjamuan Ekaristi.

Yohanes Maria Vianney wafat pada tanggal 4 Agustus 1859. Pada tahun 1925, ia diangkat menjadi santo oleh Paus Pius XI. Memperingati 150 tahun wafatnya Santo Yohanes Maria Vianney, Paus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Imam (2009 - 2010) dan memaklumkannya sebagai Santo Pelindung Para Imam Seluruh Dunia.

Membaca kembali kisah hidup Santo Yohanes Maria Vianney, saya merasa kagum dengan kesetiaannya yang selama 41 tahun mengabdi hanya di satu gereja yang sama, di sebuah dusun kecil. Setiap hari selama 41 tahun, ia menghabiskan waktu sekitar 12 -- 16 jam untuk melayani umat yang ingin menerima Sakramen Pengampunan Dosa. Sungguh, sebuah kesetiaan yang memerlukan komitmen luar biasa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun