Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kang Emil, Idola Generasi Milenial

13 Maret 2018   14:25 Diperbarui: 13 Maret 2018   20:54 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama saya tidak mengunjungi Balaikota Bandung. Banyak yang berubah sejak Kang Emil, sapaan akrab warga Kota Bandung untuk Mochamad Ridwan Kamil, menduduki kursi Walikota Bandung pada Juli 2013. Halaman depan Balaikota tampak bersih dan  rindang. Walaupun selalu penuh dengan mobil, tetapi petugas parkir selalu sigap menempatkan mobil para tamu. Di sayap barat Balaikota disediakan kursi-kursi taman untuk duduk-duduk lengkap dengan mejanya, sangat nyaman untuk santai sambil ngobrol. 

Di halaman timur, disediakan tempat parkir khusus sepeda. Kang Emil memang giat mengkampanyekan pemakaian sepeda untuk pergi ke kantor pada hari-hari tertentu. Di sekitar Balaikota, hampir tidak ada ruang kosong yang tidak dimanfaatkan menjadi taman mini yang indah.  Maklum, Kang Emil memang arsitek jempolan kelas dunia.

Tetapi seorang artsitek, sebagai mana para teknolog, seperti Jokowi dan Habibie, sering terlalu asyik dengan hal-hal yang bersifat fisik-material, dan agak kurang peduli dengan manusia di balik hal-hal yang bersifat fisik material itu. Betul Habibie sering berbicara tentang SDM (Sumber Daya Manusia). Tetapi SDM yang dipikirkannya adalah SDM sebagai bagian dari sistem. Bukan SDM pencipta sistem. Demikian pula agaknya Presiden Jokowi. Tidak heran jika semboyan Presiden Jokowi adalah kerja-kerja dan kerja. Sedang semboyan Kang Emil adalah,The Thinker is great, but never change the world.

Ketika melewati jalan terusan sebelah timur Balaikota, tampak di dinding kiri tergantung pigura foto dan agenda enam hari kegiatan utama. Misalnya, Rabu, berbahasa Sunda, Kamis, berbahasa Inggris, Jum'at bersih, dan lainnya lagi. Yang menyolok adalah foto hitam putih Bung Karno waktu masih muda saat kuliah di ITB juga terpampang di situ, berdampingan dengan foto Kang Emil dengan ukuran sama besar.

Bung Karno dalam foto memakai peci hitam kebanggannya, jas, hem putih, lengkap dengan dasi. Foto Kang Emil juga mengenakan stelan jas hitam, hem putih, juga lengkap dengan dasi hitam. Memakai kaca mata, tetapi tidak pakai kopiyah. Sepintas kilas Kang Emil seperti Bung Hatta waktu muda. Tapi agaknya Bung Hatta, bukan tokoh idolanya. Lalu, siapa tokoh idola Kang Emil? Idola Kang Emil jelas Bung Karno. Karena itu Kang Emil merasa perlu memajang foto Bung Karno, berdampingan dengan foto dirinya.

Salah satu ucapan Bung Karno yang agaknya paling berkesan bagi Kang Emil, adalah ketika Bung Karno mengungkapkan kerinduannya yang mendalam kepada seorang wanita yang sedang dicintainya, sehingga Bung Karno ingin cepat-cepat kembali ke Bandung setelah menceraikan Utari, istri pertama Bung Karno.


"Aku kembali ke Bandung...... dan kepada cintaku yang sesungguhnya," kata Bung Karno yang dikutip Kang Emil dari buku biografi Bung Karno yang ditulis Cyndi Adams. Kang Emil mengabadikan kata-kata romantis itu dengan deretan tulisan huruf putih artistik melintang di tengah-tengah foto hitam putih Bung Karno.

Tetapi, siapakah yang dimaksud Bung Karno dengan cintaku yang sesungguhnya itu? Dialah Inggit Garnasih yang dilukiskan Bung Karno sebagai wanita luar biasa, lembut, cantik, keibuan, dan senyumnya menyilaukan mata. Inggit Garnasih dinikahi Bung Karno pada tahun 1923, setelah minta cerai dari Haji Sanusi.

29104331-996224037201831-1963301002841229789-n-5aa7d720dcad5b12f5402ea2.jpg
29104331-996224037201831-1963301002841229789-n-5aa7d720dcad5b12f5402ea2.jpg
Kang Emil memang mengikuti jejak Bung Karno.  Tentu saja bukan dalam urusan syahwat dan cinta. Tetapi dalam urusan karir dan pilihan politik. Seperti Bung Karno, setelah tamat SMA, Kang Emil masuk ITB, megambil jurusan arsitektur. Sama dengan jurusan yang dipilih Bung Karno saat kuliah di ITB. Juga seperti Bung Karno, Kang Emil menyelesaikan pendidikannya tepat waktu. Dia meraih ijasah S1 ITB tahun 1995. Merasa kurang puas dengan hanya menempuh pendidikan di dalam negeri, Kang Emil pergi ke Amerika. Di sana berhasil meraih gelar master dari Universitas California, Barkeley, Amerika Serikat, dengan bea siswa.

Tidak seperti Habibie atau Arcandra Tahar yang memilih bermukim di luar negeri untuk mengembangkan karirnya setelah menyelesaikan kuliah. Kang Emil memilih pulang ke Bandung. Padahal istrinya sudah diboyong ke Amerika, dan sejumlah proyek arsitek yang menggiurkan pun berhasil ditanganinya. Bisa jadi pilihan untuk pulang ke Bandung, karena dia terinspirasi kalimat Bung Karno di atas.  Dalam waktu singkat, Kang Emil sukses dalam karir profesioanalnya. 

Bersama teman-temannya berhasil mendirikan PT.Urban Indonesia yang bergerak dalam jasa arsitek, perencana, dan konsultan. Pada tahun 2013, Kang Emil ikut kompetisi memperebutkan jabatan Walikota Bandung, berpasangan dengan H.Oded Muhammad Danial. Pasangan yang diusung Partai Gerindra dan PKS itu, berhasil meraih suara terbanyak, 45,46 %. Pasangan Kang Emil dan H.Oded Muh. Danial pun dengan mulus dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota Bandung 2013- 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun