Mohon tunggu...
Anjar T Hadi
Anjar T Hadi Mohon Tunggu... MAHASISWA PASCA SARJANA UNEJ

Belajar banyak hal positif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merkuri dan Tragedi Kepemilikan Bersama

10 April 2023   05:22 Diperbarui: 10 April 2023   06:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut pandangan Hardin, padang penggembalaan dan berbagai sumberdaya milik bersama lainnya, biasanya dimanfaatkan oleh setiap orang secara bebas, tanpa ada insentif untuk mengkonservasinya. Karena itu, tidaklah heran bahwa berbagai sumberdaya milik bersama atau tidak ada pemiliknya sangat rentan mengalami "the tragedy of the commons". Di samping itu, menurut Hardin, berbagai sumberdaya milik bersama hanya dapat dikelola dengan baik melalui swastanisasi atau dikontrol pihak pemerintah. Namun, berdasarkan hasil-hasil studi dari berbagai kelompok masyarakat di berbagai wilayah, menunjukkan bahwa berbagai sumberdaya milik bersama, seperti maritim, padang penggembalaan, dan hutan tidak selalu mengalami degradasi. Hal ini dikarenakan berbagai sumberdaya milik bersama tersebut tidak selalu merupakan akses tanpa pemilikan, dan bebas dimanfaatkan oleh setiap orang. Selain itu, kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa pengelolaan sumberdaya milik bersama tidak selalu dapat dikelola secara efektif oleh pihak swasta atau pemerintah. Karena itu, tidaklah heran bahwa pandangan Hardin tersebut banyak dikritik oleh berbagai kalangan ilmuwan pasca Hardin. Tantangan terhadap teori Hardin mengenai "the tragedy of the commons" bahwa berbagai sumberdaya milik bersama selalu rentan mengalami degradasi.

Masalah pencemaran yang terjadi di lingkungan pesisir dan laut kini menjadi topik perbincangan yang serius. Pencemaran yang semakin tidak terkendali di daerah pesisir telah menyebabkan ter-degradasinya sumber daya perikanan dan sumber daya pesisir lainnya yang penting bagi manusia.

Kehadiran logam berat Hg di lingkungan dapat terjadi melalui aktivitas gunung berapi, pelapukan batuan, dan sebagai akibat dari aktivitas manusia. Namun, pencemaran merkuri di perairan laut lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia dibanding faktor alami.

Karena meskipun kehadiran merkuri dapat terjadi secara alami tetapi kadarnya sangat kecil. Mayoritas merkuri yang ada di lingkungan berasal dari kegiatan antropogenik, seperti kegiatan: pertambangan, pembakaran bahan bakar fosil, pabrik pengolahan kertas, emisi smelter, dsb.

Bahwa pencemaran di daerah pesisir dan laut telah mempengaruhi kematian spesies laut, mengancam kesehatan manusia dan berpotensi juga merusak fungsi ekosistem laut secara permanen.

Merkuri dapat berada dalam 3 bentuk, yaitu: metal (logam), senyawa-senyawa anorganik, dan senyawa organik. Merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat sangat merugikan.

Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu meliputi kerusakan struktur komunitas, gen, jaringan makanan, tingkah laku, dan fisiologi hewan air.

ikan predator besar lebih mungkin untuk memiliki tingkat merkuri yang tinggi sebagai akibat dari proses memakan ikan kecil yang telah terkontaminasi merkuri melalui konsumsi plankton.

Merkuri yang diakumulasi dalam tubuh hewan air akan merusak sistem enzimatik, yang berakibat dapat menimbulkan penurunan kemampuan adaptasi bagi hewan yang bersangkutan terhadap lingkungan yang tercemar tersebut.

Pada ikan, organ yang paling banyak mengakumulasi merkuri adalah ginjal, hati dan lensa mata. Hasil pemaparan logam merkuri yang diujikan pada beberapa jenis ikan mengungkapkan bahwa setiap jenis dan spesies ikan mempunyai tingkat sensitivitas yang berbeda, tergantung pada aktivitas biota tersebut.

Hasil-hasil penelitian melaporkan juga bahwa bahwa merkuri dapat menggumpalkan lendir pada permukaan insang dan merusak jaringan insang sehingga ikan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun