Mohon tunggu...
Anjar T Hadi
Anjar T Hadi Mohon Tunggu... MAHASISWA PASCA SARJANA UNEJ

Belajar banyak hal positif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merkuri dan Tragedi Kepemilikan Bersama

10 April 2023   05:22 Diperbarui: 10 April 2023   06:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adanya luka pada insang dan struktur jaringan luar lainnya, dapat menimbulkan kematian terhadap ikan yang disebabkan oleh proses anoxemia, yaitu terhambatnya fungsi pernapasan yakni sirkulasi dan eksresi dari insang.

Huckabee dan Griffith (1974) mengemukakan bahwa kadar 0,001 ppm merkuri dan selenium dapat mereduksi dalam kantong telur ikan mas (Cyprinus carpio). Widodo (1980) mengatakan bahwa akumulasi merkuri dalam tubuh biota laut juga terpusat pada organ tubuh yang berfungsi untuk reproduksi, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan biota laut terutama dalam mengembangkan keturunannya.

Endapan merkuri ini disaring menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai dan pada akhirnya akan bermuara di laut.

Meskipun penggunaannya ini bersifat ilegal, namun aktivitas penambangan emas secara tradisional semakin marak di Indonesia.

Alasan ekonomi, kurangnya fasilitas yang memadai, dan kurangnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang dampak merkuri menyebabkan tindakan melepas merkuri ke perairan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.

Bagaimanapun kita harus menyadari bahwa dunia ini memiliki keterbatasan dalam menyediakan sumber daya alam dan pada waktunya sumber daya alam ini akan habis dan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan kita. Keegoisan dan keserakahan manusia atas sumber daya alam yang ada dapat dikatakan sebagai bom waktu yang dapat meledak kapan saja.

Kebebasan yang tidak bertanggungjawab akan mengakibatkan penderitaan bagi banyak pihak. Seperti apa yang Garrett Hardin katakan dalam thesisnya "Freedom in a commons brings ruin to all". Dampak yang hebat memang tidak terjadi di awal, tetapi ketika jumlah populasi meningkat dan keseimbangan alam mulai terganggu, maka permasalahan akan bertambah. Untuk menghindarinya, memang diperlukan semacam pemaksaan berbentuk aturan atau hukum tertulis, sanksi, dan atural non formal yang dibuat dan disepakati oleh masyarakat serta stakeholders. Disini, edukasi berperan penting untuk membentuk kesadaran akan kebebasan yang tidak merusak alam. Masalah lingkungan akan terus terjadi jika tidak ada kesadaran dari masing-masing individu. Oleh karena itu Tragedy of the Commonsini dapat diselesaikan dengan menggunakan moralitas dan hati nurani. Kesadaran pribadi diperlukan ketika memang sudah menemui jalan buntu untuk menyelesaikan masalah ini secara teknis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun