"Peristiwa ini tidak hanya menggusur masyarakat tetapi juga memperburuk kesenjangan sosio-ekonomi yang ada, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan ketahanan dan menjaga keamanan manusia, khususnya bagi populasi yang rentan," kata Sakariya.
Masyarakat Pakistan, menurut Asian Lite, mengungsi karena tantangan lingkungan seperti hujan yang terlalu dini, banjir, tanah longsor dan gelombang panas, yang menyebabkan dampak parah pada kehidupan manusia, pertanian dan infrastruktur di negara tersebut. Deforestasi besar-besaran di sepanjang Jalan Raya Karakoram menyebabkan tanah longsor. Hilangnya infrastruktur secara besar-besaran telah terjadi, termasuk rusaknya jembatan dan jaringan jalan, yang mengakibatkan ditutupnya koridor ekonomi yang menjadi jalur perdagangan dengan China.
Faktor penting lainnya atau tantangan perubahan iklim adalah polusi di dekat Pelabuhan Gwadar.
"Ekspansi industri yang pesat di Gwadar telah membawa peluang ekonomi namun secara bersamaan memperburuk tingkat polusi. Pembuangan polutan dari aktivitas industri dan operasi pelayaran telah berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara di wilayah tersebut, yang secara langsung mengancam keselamatan penerbangan yang beroperasi di Bandara Internasional Gwadar," ujar Sakariya.
Dampak buruk polusi udara tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan personel penerbangan, termasuk pilot, pengawas lalu lintas udara dan staf darat. Paparan polutan yang berkepanjangan menimbulkan risiko terhadap kesehatan pernafasan, sehingga membahayakan kesejahteraan orang-orang yang dipercaya untuk memastikan pengoperasian penerbangan yang aman.
Letak geografis Pakistan dan ketergantungannya pada pertanian membuat negara ini rentan terhadap perubahan iklim. Permasalahan ini diperparah dengan potensi kelangkaan air minum, meningkatnya prevalensi penyakit dan banjir.
Penduduk di daerah yang terkena dampak banjir hidup dalam ketakutan akan masa depan yang tidak pasti. Mereka bergulat dengan kenyataan pahit bahwa mereka tidak memiliki persiapan yang diperlukan untuk menghadapi banjir lagi, dan mereka tidak memiliki rencana yang jelas untuk berlindung jika rumah mereka yang sudah rapuh tidak dapat dihuni lagi.
"Meskipun kontribusinya sangat kecil terhadap krisis iklim global, Pakistan tetap menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dan kecemasan terhadap perubahan iklim kemungkinan akan terus meningkat di negara ini, terutama di kalangan populasi yang paling rentan," ungkap Al Jazeera.
Menurut Bank Dunia, dampak perubahan iklim diperkirakan akan meningkat, dan prakiraan menunjukkan bahwa peristiwa terkait iklim, degradasi lingkungan dan polusi udara dapat menyebabkan produk domestik bruto Pakistan menyusut sebesar 18-20 persen pada tahun 2050. Statistik yang mengkhawatirkan ini menggarisbawahi perlunya mengatasi perubahan iklim dan memitigasi dampaknya terhadap manusia dan kelangsungan hidupnya.
Pakistan mendapati dirinya terjerat dalam krisis eksistensial dengan perubahan iklim yang mempengaruhi setiap aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Pendekatan yang komprehensif dan proaktif diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Ketidakmampuan pemerintah Pakistan untuk mengatasi masalah ini dapat memperburuk situasinya di masa depan.
Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.