Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penderitaan Muslim Uyghur: Mengapa Negara-negara Tetap Diam?

17 Maret 2022   06:56 Diperbarui: 17 Maret 2022   08:04 3600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsi Uyghur melakukan aksi di depan Gedung Dewan Uni Eropa di Brussels, Belgia. |  Sumber: eurobserver.com/Belgian Uighur Association

Oleh Veeramalla Anjaiah

Apakah beribadah kepada Tuhan adalah suatu kejahatan besar? Ya, sepertinya bagi China Komunis. Seseorang bisa masuk penjara jika ia memiliki kitab suci Quran atau sajadah.

"Orang-orang dijatuhi hukuman 10 atau 15 tahun penjara hanya karena beribadah," kata Omer Kanat, direktur eksekutif Proyek Hak Asasi Manusia Uyghur yang berbasis di Washington, di webinar internasional di Jakarta pada hari Selasa (15 Maret).

Ia merujuk pada situasi genting di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR) di China.

Uyghur (atau Uighur, Uygurs) secara etnis dan budaya adalah orang-orang Turki yang tinggal di wilayah Xinjiang, sebuah wilayah yang Muslim Uyghur sebut sebagai Turkistan Timur. Luasnya empat kali lebih besar dari Jerman. Dulunya merupakan negara merdeka untuk waktu yang singkat tetapi China menduduki wilayah tersebut pada tahun 1949.

Dengan judul "Kekejaman China Terhadap Muslim Uyghur: Mengapa Banyak Negara Tetap Diam?", webinar ini diselenggarakan oleh Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) di bawah platform Global Talk.

Para pembicara webinar tentang Muslim Uyghur. | Sumber: CSEAS
Para pembicara webinar tentang Muslim Uyghur. | Sumber: CSEAS

Seminar yang dimoderatori oleh Dr. Asep Setiawan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta ini menghadirkan pembicara terkemuka seperti Omer, Prof. James Leibold (dari La Trobe University di Melbourne, Australia), Dinna Prapto Raharjo (dari Binus University, Jakarta) dan Dr. Ayjaz Wani (Research Fellow di Observer Research Foundation, Mumbai, India).

Seluruh diskusi di webinar dapat disaksikan di YouTube. Berikut ini tautan videonya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun