Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pakar Keamanan AS: Rezim Taliban di Afghanistan Menimbulkan Bahaya Besar bagi Pakistan dan Dunia

14 September 2021   18:11 Diperbarui: 16 September 2021   06:17 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita Afghanistan melakukan aksi protes terhadap Taliban di kota Kabul pada tanggal 3 September. | Sumber: edition.cnn.com AFP/Getty

Sejak tahun 1947, Pakistan sudah bertengkar dengan negara tetangganya India atas masalah Kashmir. Pakistan telah menciptakan beberapa kelompok teror untuk berperang di Kashmir dengan mencap kelompok-kelompok tersebut sebagai pejuang kemerdekaan.

Bolton mengatakan bahwa pembuat kebijakan AS salah memahami maksud Pakistan yang sebenarnya.

"Selama beberapa dekade, Islamabad telah secara sembrono mengejar senjata nuklir dan membantu [...] terorisme --- ancaman yang secara konsisten diremehkan atau salah ditangani oleh pembuat kebijakan AS. Dengan jatuhnya Kabul, waktu untuk mengabaikan atau berdalih telah berakhir. 

Pengambilalihan Taliban di negara sebelah langsung menimbulkan resiko yang jauh lebih tinggi. Ekstremis Pakistan akan meningkatkan pengaruh mereka yang sudah cukup besar di Islamabad, mengancam di beberapa titik untuk merebut kendali penuh." 

Bolton juga menulis bahwa ISI Pakistan "telah lama menjadi sarang radikalisme" yang kini "menyebar ke seluruh militer, ke pangkat yang lebih tinggi dan lebih tinggi".

Banyak perwira militer dihukum di masa lalu akibat memiliki kontak dekat dengan kelompok teror. Ada begitu banyak kudeta militer dan pembunuhan pemimpin-pemimpin tinggi termasuk presiden dan perdana menteri di Pakistan.

"Kemungkinan personel militer berkomplot dengan teroris untuk membawa perubahan politik melalui pembunuhan tetap menjadi isu yang menjadi perhatian utama," tulis Aarish Ullah Khan, seorang peneliti Pakistan dalam sebuah makalah kebijakan yang diterbitkan oleh SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) pada tahun 2005.

Sejak akhir 1970-an, Pakistan telah muncul sebagai surga bagi radikal dan teroris global dan domestik.

Pendiri Pakistan Muhammad Ali Jinnah ingin mendirikan Pakistan sebagai negara sekuler di mana semua agama hidup berdampingan secara damai. Setelah kematian Jinnah, hanya satu tahun setelah kelahiran Pakistan pada tahun 1947, para jenderal militer dan pemimpin politik Pakistan mengubah negara tersebut menjadi negara yang religius. 

"Sejak Pakistan didirikan atas nama agama, generasi-generasi para pemimpinnya telah mencoba untuk menggunakan ideologi Islam demi membujuk penduduknya yang beragam untuk mendukung persatuan nasional dan untuk melawan ancaman eksternal. Dalam prosesnya, populasi Muslim yang tidak berpendidikan terus-menerus ditipu dan dirampok haknya atas nama utopia agama," jelas Aarish.

Bahkan setelah 74 tahun, lebih dari 40 persen penduduk Pakistan masih belum bisa membaca dan menulis. Menurut Bank Dunia, dua pertiga orang Pakistan hidup dalam kemiskinan yang akut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun