Baru-baru ini, semua negara mayoritas Kristen seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, beberapa anggota Uni Eropa dan kelompok hak asasi manusia global terkemuka tidak hanya mengutuk tindakan keras China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, tetapi juga menyebutnya sebagai "genosida".
Apa reaksi dunia Muslim?
Kita memiliki sekitar 2 miliar orang Muslim di seluruh dunia dan sebuah organisasi bernama Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang mengklaim sebagai suara kolektif dunia Muslim.
Selama dua tahun terakhir, banyak negara Muslim seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Iran, Pakistan dan Turki memuji tindakan China yang kejam dan tidak manusiawi terhadap Muslim Uighur.
Mereka mengatakan, China komunis yang tidak percaya pada Tuhan atau agama, memulihkan ancaman "keselamatan dan keamanan" dari separatisme, terorisme dan ekstremisme di Xinjiang.
Reaksi beberapa negara Muslim benar-benar mengejutkan.
"China berhak untuk mengambil langkah-langkah anti-terorisme dan de-ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional," kata pemimpin paling kuat Arab Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman saat berkunjung ke Beijing pada tahun 2019.
Tetapi kenyataannya benar-benar berbeda.
China telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap Uighur dan warga Muslim Turki lainnya di Xinjiang, tulis Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporan khusus pada bulan April.
"Pemimpin China bertanggung jawab atas kebijakan yang meluas dan sistematis atas penahanan massal, penyiksaan dan penganiayaan budaya, di antara pelanggaran lainnya. Tindakan internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk memberikan sanksi kepada mereka yang bertanggung jawab, meningkatkan akuntabilitas dan menekan pemerintah China untuk memutar arah," kata HRW.
Laporan setebal 53 halaman yang berjudul Hancurkan Silsilah Mereka, Hancurkan Akar Mereka: Kejahatan China terhadap Kemanusiaan yang Menargetkan Uyghur dan Muslim Turki Lainnya didasarkan pada informasi dari dokumen pemerintah China, kelompok hak asasi manusia, media, pengungsi Uighur dan cendekiawan.