Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Beijing Mengkhianati Duterte, Ingin Mengambil Alih Whitsun Reef Filipina?

30 Maret 2021   19:07 Diperbarui: 2 April 2021   17:43 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal-kapal China, milik milisi China, parkir rapi di Whitsun Reef, wilayah yang beradi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Gambarnya diambil oleh Maxar Technologies melalui satelit. | Sumber: Citra Satelit 2021 Maxar Technologies melalui www.npr.org

Kapal-kapal China, milik milisi China, parkir rapi di Whitsun Reef, wilayah yang beradi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Gambarnya diambil oleh Maxar Technologies melalui satelit. | Sumber: Citra Satelit 2021 Maxar Technologies melalui www.npr.org
Kapal-kapal China, milik milisi China, parkir rapi di Whitsun Reef, wilayah yang beradi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Gambarnya diambil oleh Maxar Technologies melalui satelit. | Sumber: Citra Satelit 2021 Maxar Technologies melalui www.npr.org
Pada tanggal 7 Maret 2021, Penjaga Pantai Filipina melihat sekitar 220 kapal China yang tertambat di Whitsun Reef, yang juga dikenal sebagai Julian Felipe Reef dan Niue Jiao dalam bahasa China, di Kepulauan Spratly.

Terumbu karang tersebut, wilayah karang dangkal yang terletak sekitar 175 mil laut di sebelah barat kota Bataraza di provinsi Palawan, Filipina barat, berada dalam ZEE yang diakui secara internasional di negara itu. Filipina memiliki hak eksklusif untuk mengeksploitasi atau melestarikan sumber daya apa pun di ZEE-nya, yang berjarak 200 mil laut dari pantai.

Namun terumbu tersebut juga diklaim oleh China, berdasarkan peta Sembilan Garis Putusnya, dan Vietnam.

Kapal China milik milisi maritimnya sudah berada di sana selama lebih dari tiga minggu. Para awak milisi, yang dikenal sebagai "Orang Biru Kecil", menyamar sebagai nelayan dan melakukan semua pekerjaan kotor menduduki tanah asing dan menggertak nelayan asing untuk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan angkatan lautnya.

Pada 22 Maret, sebuah pesawat pengintai Filipina melihat 183 kapal China di Whitsun Reef.

Sekretaris Pertahanan Nasional Filipina Delfin Lorenzana menyebut langkah China tersebut sebagai "tindakan provokatif yang jelas" yang "sangat" mengkhawatirkan. Tindakan China jelas melanggar kedaulatan, hak kedaulatan dan yurisdiksi Filipina.

"Kami menyerukan kepada China untuk menghentikan serangan ini dan segera menarik kembali kapal-kapal ini yang melanggar hak maritim kami dan melanggar batas wilayah kedaulatan kami," kata Lorenzana dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Filipina juga telah mengajukan protes diplomatik atas kehadiran ilegal China di Whitsun Reef.

China mengatakan bahwa terumbu karang itu miliknya sendiri dan tidak ada milisi maritim. Dikatakan bahwa mereka semua adalah kapal penangkap ikan, yang ditempatkan di terumbu untuk menghindari cuaca buruk. Namun menurut kantor cuaca Filipina tidak ada cuaca buruk di daerah tersebut selama tiga minggu terakhir.

"Tidak ada Milisi Maritim China seperti yang dituduhkan. Setiap spekulasi semacam itu tidak membantu apa-apa selain menyebabkan gangguan yang tidak perlu," kata Kedutaan Besar China di Manila dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

"Sudah menjadi praktik normal bagi kapal penangkap ikan China untuk berlindung dalam keadaan seperti itu," kata pernyataan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun