Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemimpin Besar Vietnam akan Mengunjungi RI untuk Memperkuat Ikatan Strategis

22 Agustus 2017   05:25 Diperbarui: 22 Agustus 2017   05:40 2255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Veeramalla Anjaiah

Wartawan Senior

Indonesia memiliki kemitraan strategis dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China dan India. Namun Indonesia hanya memiliki satu kemitraan strategis dengan satu negara anggota ASEAN. Apakah Anda tahu negara mana?

Tak lain lagi, negara tersebut adalah Vietnam. Vietnam dan Indonesia di tahun 2013 setuju untuk membangun sebuah kemitraan strategis.

Dalam rangka memperdalam dan memperkuat kemitraan strategis ini, pemimpin partai Vietnam yang berkuasa Nguyen Phu Throng, pemimpin yang paling kuat dan terkenal di Vietnam, akan mengunjungi Indonesia dari tanggal 22 Agustus hingga 24 Agustus.

Kunjungan bersejarah yang berlangsung selama tiga hari tersebut, yang juga akan menjadi kunjungan pertama ke Indonesia oleh sekretaris jenderal Partai Komunis Vietnam, direncanakan untuk membuka lembaran baru dalam hubungan pertemanan kedua negara yang berusia lebih dari enam dekade ini. Seperti di China, sekretaris jenderal partai yang berkuasa di Vietnam memiliki kekuatan yang lebih besar daripada presiden dan perdana menteri negaranya.

Selama kunjungannya, Nguyen, yang telah menjadi pimpinan partainya sejak 2011, akan bertemu dengan Presiden Indonesia Joko "Jokowi" Widodo, beberapa menteri dan pengusaha serta pimipnan politk dan mendiskusikan segala hal yang berkaitan dengan hubungan  bilateral. Kunjungan ini akan mencermikan ikatan strategis yang bertumbuh antara kedua bintang Asia Tenggara yang sedang naik daun.

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa Indonesia memiliki kemitraan strategis hanya dengan Vietnam di ASEAN?

Indonesia menganggap Vietnam sebagai suatu negara penting yang memiliki potensi besar dan kepentingan strategis di Asia Tenggara. Mungkin, Vietnam adalah negara Asia Tenggara satu-satunya yang berjuang melawan semua negara besar global seperti Perancis, AS dan China (berkali-kali Vietnam mengalahkan pasukan China dalam persaingan historis antara Vietnam dan China selama lebih dari seribu tahun) dan mengalahkan mereka.

Indonesia menaruh kepercayaan strategis kepada Vietnam karena Vietnam dapat bertindak sebagai  benteng melawan pengaruh China yang bertumbuh sangat pesat di Asia Tenggara dan ketegasan di Laut China Selatan (LCS).

Di sisi lain, Vietnam melihat Indonesia sebagai pemimpin de facto ASEAN.

Karena Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbanyak -- 265 juta orang -- dan sebuah negara dengan ekonomi senilai triliunan dollar, tidak diragukan lagi merupakan negara besar yang dihormati di ASEAN. Menurut Vietnam, Indonesia adalah negara besar yang penting yang dapat mempertahankan persatuan, sentralitas dan perdamaian serta keamanan di Asia Tenggara.

Vietnam dan Indonesia selalu menjadi teman lama dan mitra yang dekat. Pendiri dari kedua negara -- Ho Chi Minh dan Sukarno -- bukan hanya teman dekat tapi juga memiliki pandangan yang sama mengenai masa depan negara mereka yang sejahtera. Kedua pemimpin tersebut ingin membangun ikatan yang kuat antara kedua negara bersaudara ini. Anehnya, baik Vietnam maupun Indonesia menjadi negara yang merdeka di tahun yang sama yaitu 1945.

Hubungan saat ini dimulai hanya beberapa bulan setelah Konferensi Asia-Afrika yang bersejarah di Bandung, Jawa Barat, tepat pada tanggal 30 Desember 1955, saat mereka membangun ikatan diplomatik. Indonesia membuka Konsulat Jenderal di Hanoi dan menunjuk Soedibjo Wirjowerdojo sebagai konsul jenderal yang pertama pada tahun 1955. Sejak saat itu, hubungan pertemanan antara Vietnam dengan Indonesia telah berkembang pesat.

Hubungan pertemanan yang tidak pernah bermasalah tersebut, lebih penting lagi, telah melalui ujian waktu -- khususnya pada saat Perang Vietnam dan Perang Dingin -- dan bertahan meski ada beberapa pergeseran tektonik di area politik internasional, ekonomi dan diplomasi global.

Sebagai teman sejati, Vietnam menolong Indonesia dalam masa sulit di tahun 1965 dengan memasok beras.

Terlepas dari perbedaan besar dalam orientasi politk mereka, Indonesia dan Vietnam memiliki kepentingan keamanan strategis yang sama di Asia Tenggara. Indonesia lah yang memainkan peran penting dalam meyakinkan negara-negara ASEAN lainnya, setelah Perang Vietnam, untuk melibatkan Vietnam -- khususnya mantan menteri pertahanan Indonesia Jend. Benny Moerdani, menteri-menteri luar negeri Mochtar Kusumaatmadja dan Ali Alatas -- dan memasukannya ke dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Vietnam bergabung dengan ASEAN pada tahun 1995.

Mulai dari Sukarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Jokowi, siapapun presidennya, Indonesia selalu membangun hubungan spesial dengan Vietnam. Begitu juga halnya dengan Vietnam.

Pada umumnya, hubungan ini telah menjadi hubungan pertemanan tradisional yang dihormati sepanjang waktu, yang terus dipelihara oleh para pemimpin dan rakyat Vietnam serta Indonesia dari waktu ke waktu.

Sejauh ini kedua negara telah menandatangani lebih dari 30 perjanjian yang mencakup banyak bidang. Dengan rutin, para pemimpin dan pejabat dari kedua negara bertemu dalam dua forum penting yaitu Komite Kerjasama Gabungan tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Komite Kerjasama Bilateral.

Vietnam dan Indonesia memutuskan untuk membawa hubungan mereka ke tingkat  yang baru dengan menandatangani Pernyataan Bersama pada Kerangka Kerjasama yang Bersahabat dan Komprehensif Memasuki Abad Ke-21 selama masa jabatan presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2003.

Dengan menyadari kepentingan strategis dari hubungan yang sedang bertumbuh tersebut, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono setuju untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan Vietnam ke level kemitraan strategis pada tahun 2011. Hal ini terjadi selama kunjungan mantan perdana menteri Vietnam Nguyen Tan Dung di Indonesia.

Pada bulan Juni 2013, pada saat kunjungan mantan presiden Vietnam Truong Tan Sang di Indonesia, kemitraan strategis tersebut direalisasikan. Pada bulan Oktober 2013, menteri-menteri luar negeri dari kedua negara menandatangani rencana tindakan untuk mengimplementasikan kemitraan strategis Vietnam-Indonesia selama 2014-2018.

Sejak ditandatanganinya perjanjian kemitraan yang komprehensif selama kunjungan mantan presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri ke Vietnam pada tahun 2003, hubungan kedua negara secara, khususnya ikatan ekonomi, secara keseluruhan bertumbuh pesat.

Menariknya, Vietnam dan Indonesia menghasilkan produk-produk yang serupa dan bersaing dengan keras untuk investasi asing langsung dan akses pasar.

Mereka juga memiliki sumber daya alam yang sama, pasar yang luas, konsumsi domestik yang tinggi, populasi yang besar, permintaan tinggi terhadap barang konsumen dan fitur geografis yang serupa. Namun, kedua negara telah menyadari potensi besar mereka di bidang ekonomi.

Sebagai hasil dari antusiasme baru ini dalam hubungan yang lama, perdagangan antara Vietnam dan Indonesia telah tumbuh empat kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Tahun lalu, nilai perdagangan bilateral, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), naik ke rekor tertinggi sebesar 6.27 milyar dolar AS, sebuah lompatan besar dari 1.6 milyar dolar di tahun 2006.

Banyak orang tidak menyadari bahwa perdangangan Indonesia dengan Vietnam di tahun 2016 jauh lebih tinggi daripada perdangangannya dengan negara-negara ekonomi besar seperti Jerman (5.79 milyar dolar), Inggris (2.48 milyar dolar) dan Perancis (2.23 milyar dolar).

Pada tahun 2011, pimpinan kedua negara menargetkan perdangangan bilateral sebesar 5 milyar dolar di tahun 2015. Pada tahun 2015, nilai perdagangan tersebut dengan luar biasa mencapai 5.90 milyar dolar. Lagi-lagi mereka membuat target baru untuk mencapai perdagangan senilai 10 milyar dolar di tahun 2018.

Indonesia kebanyakan mengimpor beras, besi, smartphone, tekstil dan sepatu dari Vietnam dan mengekspor kayu, kertas, batu bara, barang-barang elektronik dan kimia ke sana.

Baru-baru ini, produsen semen Indonesia PT Semen Gresik telah menginvestasikan 300 juta dolar kepada Thang Long, suatu produsen semen di Vietnam. Sebelumnya, konglomerat property Indonesia Ciputra Group membangun Ciputra Hanoi International City senilai 2.11 milyar dolar di Hanoi, Vietnam.

Dengan operasi penerbangan langsung dari Kota Ho Chi Minh ke Jakarta dengan Vietnam Airlines di tahun 2012, hubungan orang-ke-orang antara Vietnam dan Indonesia turut meningkat.

Menurut website www.vietnamtrourism.com, sekitar 70,000 warga Indonesia mengunjungi Vietnam dan 50,000 warga Vietnam mengunjungi negara kepulauan ini tahun lalu.

Saat ini, lebih dari 100 pelajar Vietnam juga sedang menempuh kuliah di universitas-universitas Indonesia.

Di bidang politik, kedua negara memiliki pandangan serupa dan bekerjasama pada arena internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, ASEAN dan badan internasional lainnya.

Kedua negara memiliki pendirian yang sama dalam isu Laut China Selatan dan persatuan ASEAN serta arsitektur keamanan regional. Mereka tidak mengakui peta sembilan garis putus China yang kontroversial tentang Laut China Selatan. Dan keduanya ingin sengketa tersebut diselesaikan melalui negosiasi-negosiasi damai berdasarkan hukum internasional. Vietnam ingin Indonesia memainkan peran lebih besar dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan di wilayah ASEAN.

Namun isu penangkapan ikan illegal yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Vietnam di perairan Indonesia dan penenggelaman Jakarta terhadap kapal-kapal asing beberapa waktu lalu oleh Angkatan Laut Indonesia menciptakan masalah bagi hubungan kedua negara. Namun dalam semangat solidaritas dan persahabatan ASEAN, kedua negara memutuskan untuk menyelesaikan isu-isu tersebut melalui negosiasi damai.

Hanoi dan Jakarta saat ini juga sedang terlibat dalam pembicaraan untuk mencapai kesepakatan mengenai zona ekonomi ekslusif mereka di Laut China Selatan.

Kunjungan Nguyen akan memberikan kontribusi positif dalam memperdalam hubungan bilateral dan memperkuat kerjasama di berbagai bidang. November ini, Vietnam akan menjadi tuan rumah Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC 2017 di Da Nang bulan November dan Presiden Joko "Jokowi" Widodo akan menghadirinya. Kunjungan Nguyen dan Presiden Jokowi akan mengubah arah ikatan strategis antara Vietnam dan Indonesia di masa depan.

Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun