Setibanya dirumah, kakak ipar menceritakan kejadian pingsan yang kualami, tapi reaksimu hanya datar saja. Tak nampak kekhawatiran yang kutangkap dari ekspresi wajahmu. Seakan dirimu tak peduli dengan keadaanku. Pertanyaan basa-basi saja yang terlontar dari mulutmu. Aku spontan nangis dan kecewa. Meskipun aku tomboi, tapi aku juga punya perasaan dan ingin diperhatikan. Rasanya campur aduk. Aku semakin sadar bahwa dirimu mungkin tak pernah menaruh hati padaku, hanya menjadikan diriku sebagai pemuas nafsu. Sampai disini hatiku berontak dan semakin merasa bersalah pada diriku sendiri. Butuh banyak kekuatan untuk diriku tetap bisa bertahan. Aku terus belajar untuk dapat menerima rasa sakit dan kekecewaan yang terus aku rasakan.