Mohon tunggu...
Anita Rakhmi Shintasari
Anita Rakhmi Shintasari Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menebar manfaat

Sebagai seorang guru, membaca dan menulis menjadi aktivitas yang wajib dan menyenangkan tentunya. Bergabung di blog menjadi wahana untuk berlatih dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belenggu Rindu

29 November 2021   14:01 Diperbarui: 29 November 2021   14:03 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Musim hujan tahun ini sudah mulai menyapa. Udara yang mulai terasa dingin. Mendung yang tak berkesudahan dan juga kerinduan akan terik sang surya seakan melengkapi seluruh hari dimusim ini. Rani masih duduk diruang kerjanya sendiri. 

Seperti biasa karena diruangan itu isinya hanya bertiga dan dua rekannya hampir tak pernah betah berlama-lama diruangan. Banyak yang harus diselesaikan Rani, mulai urusan yang sepele sampai menyusun laporan beberapa kegiatan. Penat yang dirasakannya membuat Rani memilih rehat dari depan komputer yang menyala sejak pagi. 

Hatinya terasa penuh. Begitu pula tubuhnya serasa enggan melanjutkan pekerjaan yang tak berkesudahan. Rani menghela napas panjang dan memejamkan mata untuk beberapa saat. Ia biarkan gawainya tergeletak di meja. Tak ingin ia menyentuhnya. Antara bosan dan jenuh dengan semua rutinitas yang dilaluinya akhir-akhir ini. 

Sampai kemudian terdengar bunyi pesan masuk. Rani masih belum ingin melihat pesan itu. Pasti tentang tugas atau hal yang membuatnya lelah, pikir Rani.

Ia bertahan untuk tetap menikmati waktu rehatnya. Walaupun matanya terpejam, nyatanya pikiran dan hatinya tak duduk diam. Ia masih menanti pesan dari seseorang yang beberapa minggu ini intens berkabar dengannya, meski sekedar menanyakan kabarnya atau mengajaknya bercanda. Seseorang yang dulu pernah singgah dihatinya. 

Rani masih terdiam dalam imajinya. Ia kadang ingin sekali berlama-lama berbincang meski hanya lewat gawai, tetapi Rani sadar itu semua tak mungkin dilakukan. Apalagi jika mengingat semua kesibukan yang tak berkesudahan. 

Dan siang ini rasa rindu itu membelenggu hatinya. Meruntuhkan semua semangat yang biasa membara. Rani tak tahu harus bagaimana membakar rasa rindu yang salah tempat dan alamat. Dalam diamnya Rani berharap semua belenggu itu akan terlepas bersama waktu seperti hujan yang meluruhkan banyak debu dijalanan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun