Mohon tunggu...
anita latifah
anita latifah Mohon Tunggu... Dosen - pembaca

NPWP 25.548.422.2-xxx.xxx Greenpeace supporter id 179xx No anggota perpusda 4.2xx/06

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haruskah Mempunyai Anak dari Sebuah Pernikahan?

25 Maret 2010   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:12 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya apakah tujuan dari pernikahan hanya untuk mempunyai keturunan saja?

[caption id="attachment_101953" align="alignnone" width="300" caption="ilustrasi dari google.com"][/caption]

Tulisan ini saya buat, setelah saya mencoba menggali sebuah hikmah dari sebuah kisah hidup adik ipar saya yang kini tengah berjuang dan bergelut dengan kistanya yang telah mencapai ukuran 9,4 cm, terdapat flek juga di rahimnya dan terjadi pelekatan kista tersebut pada ususnya. Sehingga kemarin siang melakukan operasi di RS Hermina Bandung. Dokter memvonis bahwa kemungkinan adik saya memiliki anak adalah0 % karena oviduct atau saluran ovumnya telah rusak.

Jujur, saya dan keluarga besar terhenyak karena hal ini. Tidak saja dikarenakan kekuatiran terhadap fisiknya yang drop, tetapi juga psikis yang akan dirasakan oleh adik dikemudian hari.

Tidak memiliki keturunan adalah sesuatu hal yang seringkali dijadikan alasan bagi sebuah pernikahan untuk diakhiri. Walaupun, misalkanpasangan tersebut dapat menerima hal ini, tetapi ada saja dari pihak keluarga yang mendorong untuk terjadi perpisahan dan upaya menemukan pasangan yang lain untuk memiliki keturunan.

Dengan kemajuan teknologi, bisa saja bayi tabung adalah sebuah alternatif. Akan tetapi bayi tabung itu tidaklah mudah dan murah. Adopsi pun dapat saja menjadi pilihan, lagi-lagi ada tetapinya, akan berbeda jika pasangan tersebut memiliki anak biologis di tengah kultur masyarakat kita yang masih mengagungkan pertalian darah.

[caption id="attachment_101955" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi dari www.lodaya.web.id"][/caption]

Kini, mau tidak mau ataupun suka tidak suka, masalah ini menjadi sebuah dilema bagi keluarga besar. Diperlukan ketabahan, kekuatan, harapan serta doa bahwa pernikahan yang tanpa memiliki anak adalah bukan suatu masalah. Karena tujuan dari pernikah ini tidak hanya saja memiliki keturunan. Karena keturunan adalah salahsatu saja dari tujuan pernikahan.

Dari sebuah blog yang saya baca, terdapat poling pendapat apa yang akan dilakukan khususnya sebagai suami, bila mengetahui bahwa istri tidak akan memiliki peluang memberikan anak / keturunan?

Maka hasilnya adalah sebagai berikut :

tetap mencintai dia selamanya ( hidup berdua ) 17

minta izin untuk kawin lagi
4
menggangkat anak
14

Entah apakah ini mewakili sebagai sebuah jawaban atau tidak karena tingkat akurasinya yang masih dipertanyakan, tetapi jika kita melihat dari sisi hati dan logika, bahwa pernikahan tanpa keturunan pun sebenarnya tidaklah menjadi sebuah masalah.

Menurut pengamatan Psikolog, Prof Gilbert mengatakan bahwa sebuah pernikahan yang dikarunia anak, kelihatannya akan sangat bahagia pada awalnya. Tetapi setelah itu berlangsung beberapa lama, maka akan banyak terjadi permasalahan dalam keluarga. Bagi pasangan yang lebih mengharapkan hadirnya sang buah hati ditengah-tengah keluarga, tetapi sampai saat ini belum kunjung juga maka bersabarlah. Jangan sampai pernikahan tersebut dipenuhi dengan pertengkaran yang inti permasalahannya itu-itu saja. Berusahalah agar pernikahan anda tetap berjalan mesra.

Ada beberapa cara yang di anjurkan oleh psikolog tersebut yang dapat dilakukan agar pernikahan tidak selalu dalam keadaan guncang :.

  1. Jangan cepat menghakimi salah satu pihak yang kurang sehat.
  2. Bersama-sama memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat menanganan yang lebih baik.
  3. Saling mendukung bila satu pihak memang dinyatakan tidak sehat.
  4. Belajar untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan pasangan.
  5. Mencoba santai dan tidak terlalu fokus pada masalah keturunan.
  6. Tidak membanding-bandingkan pasangan dengan orang lain.
  7. Sering memuji pasangan anda dan belajar saling percaya.
  8. Menyempatkan diri mengajak pasangan untuk pergi ketempat-tempat yang romantis.
  9. Jangan ada orang ketiga dalam rumah tangga, seperti orang tua dan saudara.
  10. Lebih mendekatkan diri pada sang Pencipta.

‘jika kita bertanya pada cinta…. Dimanakah kau berada ketika buah hati tak kunjung tiba Apakah kau tetap akan ada bersamaku Apakah kau tetap menjadi sandaran hidupku Apakah kau tetap menjadi belahan jiwaku hingga maut memisahkan?’ SEMOGA (Untuk adik-adikku tercinta : Mia dan Lume)

Sumber :

www.lifestyle.dnaberita.com/19%20JUNI---PERNIKAHAN.php

www.be2ny.multiply.com/journal/item/.../Pernikahan_tanpa_keturunan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun