Mohon tunggu...
anita hayatunnufus
anita hayatunnufus Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA UIN MALIKI

BELAJAR ITU WAJIB, JANGAN LUPA IKHLAS :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku

17 Februari 2020   22:33 Diperbarui: 17 Februari 2020   22:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berdasarkan pendapat yang telah diungkapkan dari berbagai pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa manusia adalah sejenis "hewan" juga. Manusia memiliki perbedaan tertentu dibandingkan dengan hewan.  Ditinjau dari segi jasmaniyah, perbedaan manusia dengan hewan adalah gradual (tidak asasi). Dari segi ruhaniyah, perbedaan manusia dengan hewan adalah prinsipiil, fundamental, asasi. Maka keistemwaan manusia dibandingkan dengan hewan terlihat dalam kenyataan bahwa manusia adalah seseorang, suatu pribadi, makhluk yang berakal sehat, sadar diri, berbicara berdasarkan akal-pikirannya, pandai membanding dan menafsirkan, tukang bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu, punya kehendak dan kemauan bebas, mengenal norma, dapat merasa malu, berpolitik, berkreasi, bereproduksi, dan manusia itu merupakan makhluk yang berkebudayaan.

Manusia: Makhluk Pencari Kebenaran

Manusia adalah hewan yang berpikir. Berpikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam dan manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam dan manusia. Jadi pada akhirnya: manusia adalah makhluk pencari kebenaran.

Teori tentang Kebenaran

1. Teori korespondensi

Dalam teori korespondensi kita mengenak dua hal, yaitu pernyataan dan kenyataan. Menurut teori ini: kebenaran ialah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri.

2. Teori konsistensi

Kebenaran menurut teori ini adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima, dan akui sebagai benar. Dan teori ini dapat juga dinamakan teori penyaksian (justifikasi) tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, dan diakui kebenarannya.

3. Teori pragmatis

Pragmatis artinya yang dikerjakan, dilakukan, perbuatan, tindakan. Bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya.

Masalah Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun