Mohon tunggu...
Anita Hadi Saputri
Anita Hadi Saputri Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang ibu | Freelancer

Tertarik pada film, buku dan komik | Email : anita.hadisaputri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Farha", Arti Perang Bagi Seorang Gadis Muda

7 Desember 2022   14:54 Diperbarui: 9 Desember 2022   19:29 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Farha dan Farida bercengkrama di bawah pohon rindang sebelum peristiwa Nakba. (Sumber: Middle East Eye)

Pada 1 Desember lalu saluran Netflix menayangkan sebuah film perang yang diangkat dari kisah nyata. Jika kebanyakan film perang dikisahkan dari kaca mata pahlawan, prajurit atau pihak-pihak yang ikut ambil bagian dalam berjalannya peperangan, maka film ini justru melihat perang dari sudut pandang seorang gadis remaja bernama Farha (Karam Taher).

Film Farha pertama kali ditayangkan dalam Festival Film Toronto pada November 2021 lalu. Dilansir dari Kompas.com film ini menuai kontroversi di Israel ketika ditayangkan di saluran Netflix. Hal ini lantaran film Farha mengambil latar perang Nakba, yaitu peristiwa pengusiran bangsa Paleatina pada pada pendirian Israel tahun 1948 silam.

Sinopsis

Disebuah desa di Palestina ada seorang gadis berusia 14 tahun bernama Farha. Berbeda dengan gadis-gadis lain didesanya, diusianya yang sudah cukup Farha tidak tertarik sama sekali untuk menikah. Farha justru merengek pada ayahnya untuk disekolahkan di kota.

Awalnya ayah Farha tidak menyetujuinya karena kondisi negara yang tidak stabil. Namun melihat kegigihan Farha, ayahnya pun luluh. Ia akhirnya mengizinkan Farha bersekolah.

Gembira, orang pertama yang diberitahu Farha adalah sahabat karibnya, Farida. Farida tinggal di kota dan sedang berlibur di desa. Di bawah ayunan yang dipasang di pohon yang rindang, mereka berkisah tentang cita-cita masing-masing.

Farha berangan-angan ingin menjadi guru dan membuat sekolah khusus perempuan di desanya. Ia ingin gadis-gadis lain didesanya juga mendapatkan berbagai pengetahuan seperti sejarah, matematika dan bahasa asing, bukan hanya mengaji.

Belum selesai mereka berbagi kegembiraan, suasana desa berubah mencekam seketika. Invasi militer Israel rupanya telah sampai di desa Farha. Farha yang kembali ke rumahnya kemudian dititipkan pada keluarga Farida untuk melarikan diri naik mobil ke kota. 

Ayah Farha adalah walikota, jadi tidak mungkin baginya untuk meninggalkan desanya dalam kondisi seperti ini.

Farha menolak pergi dan memaksa keluar dari mobil untuk bersama dengan ayahnya. Ayah Farha tak habis pikir dengan tingkah anaknya yang keras kepala. Ia pun akhirnya mendorong dan mengurung Farha di gudang makanan, lalu menguncinya demi keselamatannya.

Farha terkurung dalam gudang makanan. (Sumber: New York Times)
Farha terkurung dalam gudang makanan. (Sumber: New York Times)
Ayah Farha berjanji untuk kembali dan membukakan pintu untuknya. Namun Hal tersebut tidak pernah terjadi. Dari balik pintu kayu berlubang itu Farha menyaksikan apa yang dilakukan peperangan bagi desanya.

Perang dalam kaca mata rakyat dan Farha

Farha bukan hanya kehilangan kegembiraannya untuk bisa menikmati sekolah  dengan sahabatnya. Dibalik gudang makanan ayahnya, Farha melihat dan mendengar warga desanya diserang dan dianiaya. Bukan hanya menyerang prajurit penjaga desa, tentara penjajah juga tidak segan segan melukai wanita dan anak-anak.

Karena tokoh Farha melihat dari balik pintu, adegan kekerasan sebenarnya tidak terlihat jelas. Namun dari suara dan nuansa yang diciptakan sudah membuat penonton bergidik ngeri. Apalagi ketika penjajah mulai bertingkah menyeramkan.

Ada sebuah keluarga yang tertangkap saat melarikan diri. Meskipun sang ayah sudah memohon untuk menyelamatkan anak dan istrinya, penjajah tersebut tidak mau tahu. Ia tetap mengeksekusi semua orang yang ditemuinya tanpa pandang bulu.

Dalam peperangan rakyat lah yang paling menderita.

Meskipun peperangan dimulai dengan adu ideologi para penguasa, namun rakyat selalu yang menjadi korban. Para prajurit di kedua belah pihak pun juga sama menderitanya. Hal ini terlihat dari salah satu penjajah yang diperintahkan atasannya untuk membunuh seorang bayi. Adegan singkat tersebut cukup untuk memperlihatkan trauma yang akan ditimbuklan peperangan bagi kedua belah pihak.

Film ini sangat bagus untuk ditonton. Namun seperti kebanyakan film perang lain, penonton harus siap-siap untuk merasakan gejolak yang mengerikan dalam hati nurani. 

Mengingat film ini dekat dengan kaum muslim, bagi yang mudah terbawa masalah politik film macam ini sebenarnya cukup riskan untuk disaksikan. Apalagi dengan narasi awal berdasarkan  kisah nyata. Alangkah bijak jika penonton tetap memposisikan diri sebagai penikmat film saja.

Sekian dan selamat menonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun