Mohon tunggu...
Anita DwiIndaryani
Anita DwiIndaryani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa pascasarjana Ilmu Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Waspadai Perubahan Iklim, Berikut Cara Mitigasi Sektor Rumah Tangga

24 Mei 2023   12:49 Diperbarui: 26 Mei 2023   15:15 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan iklim merupakan fenomena terjadinya peningkatan gas rumah kaca sehingga mengakibatkan menipisnya lapisan ozon yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu. 

Faktor penyebab perubahan iklim antara lain, efek gas rumah kaca, pemanasan global, menipisnya lapisan ozon, kerusakan hutan, penggunaan CFC yang tidak terkontrol dan gas buang insutri. 

Untuk mewaspadai perubahan iklim masyarakat harus melakukan mitigasi. Upaya mitigasi sangat penting untuk mencegah dan menanggulangi perubahan iklim yang terjadi. 

Mitigasi sendiri merupakan sebuah usaha untuk menurunkan risiko dan menyadari dampak dari perubahan iklim yang ekstrim. Dengan melakukan mitigasi maka kita mampu mencegah sebelum bencana terjadi dan cara penanggulangannya. 

Mitigasi tersebut harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dari berbagai tingkatan baik sektor rumah tangga hingga nasional.

Apakah mitigasi sektor rumah tangga? 

Mitigasi sektor rumah tangga merupakan usaha yang dilakukan kelompok rumah tangga dalam menurunkan resiko dan menyadari akan perubahan iklim dengan tujuan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak bencana. Berikut beberapa tahap mitigasi yang dapat dilakukan pada sektor rumah tangga.

Urban farming menanam sayuran dengan menggunakan botol bekas.| Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Urban farming menanam sayuran dengan menggunakan botol bekas.| Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Urban Farming

Pertanian urban farming menjadi sebuah respon kurangnya lahan pertanian diperkotaan akibat pembangunan. Urban farming sebagai bentuk mitigasi pangan sektor perkotaan yang dapat berupa budidaya tanaman sayuran ataupun pemeliharaan hewan ternak. 

Urban farming dilakukan dalam tingkat rumah tangga dengan tujuannya untuk memperoleh bahan pangan secara maksimal dilahan yang terbatas.

Penerapan urban farming yang dilakukan ditingkat rumah tangga antara lain dengan hidroponik, menanam sayuran dalam polibag, vertikultur, dan memanfaatkan lahan samping rumah maupun rooftop. Dengan menggunakan konsep urban farming masyarakat dapat menghasilkan bahan pangan yang bernutrisi tinggi meski memiliki keterbatasan lahan.

Pengendalian Sampah Anorganik

Tak dapat dipungkiri dewasa sekarang banyak sekali produk yang menggunakan plastik kemasan sekali pakai. Dianggap lebih praktis, hal tersebut justru menambah tercemarnya lingkungan. 

Sampah plastik juga menjadi alasan terbesar perubahan iklim jika tidak dikelola dengan baik. Dengan melakukan pengendalian konsumtif barang-barang plastik dan barang-barang sekali pakai yang ada disekitar kita merupakan suatu bentuk menjaga lingkungan. 

Lebih bijak mengelola sampah dan mengurangi penggunaan produk sekali pakai dapat menurunkan tingkat pencemaran lingkungan dan menjaga sumber daya alam.

Dalam tingkat rumah tangga bisa dimulai dengan menerapkan 5R yaitu refuse, reduce, reuse, rot, dan recyle. Mengurangi kegunaan kantong plastik, memanfaatkan barang bekas agar dapat digunakan kembali dan pemilahan sampai organik dan anorganik. 

Dengan menerapkan gaya hidup tersebut dapat membantu kita dalam mengevaluasi gaya hidup dan konsumsi kita terhadap barang yang menghasilkan plastik yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan.

Pengelolaan Sampah Organik

Setiap sampah yang dihasilkan oleh manusia merupakan tanggung jawab manusia. Sampah organik yang dihasilkan dari dapur rumah tangga bisa diurai menjadi tanah, air maupun pupuk. 

Sampah organik dapat terurai secara alami, meskipun demikian sampah organik perlu dikelola dengan baik agar lebih cepat dan lebih bermanfaat. Karena jika tidak dikelola dengan baik sampah organik dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2017 mencatat sekitar 60% sampah didominasi oleh sampah organik. Dengan demikian alangkah baiknya jika sampah organik yang dihasilkan dari dapur rumah tangga dapat diolah oleh setiap rumah tangga.

Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk organik dengan cara pengomposan yang menggunakan pencampuran antara sampah organik, sekaam dan pupuk kandang yang difermentasi selama kurang lebih 1bulan. Selain itu sampah organik juga dapat diolah untuk dijadikan eco enzyme yang bermanfaat sebagai pengganti destifektan dan sabun. 

Eco enzyme dilakukan dengan cara menfermentasi sampah kulit buah ataupun sampah dapur dengan gula aren dan air. Perbandingannya 1 bagian sampah organik, 3 bagian gula aren dan 10 bagian air yang difermentasi selama 3 bulan.

Melakukan pengelolaan sampah organik dari dapur dapat membantu mengurangi masalah perubahan iklim sebagai bentuk mitigasi dan pencemaran lingkungan.

Semakin buruknya perubahan iklim yang kita rasakan, itu tentu akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan yang semakin menurun. Maka alangkah baiknya kita perlu memperhatikan mitigasi yang dapat kita lakukan disektor rumah tangga untuk meminimalisir bencana yang tidak kita inginkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun