Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisakah Moda Transportasi Udara Dan Laut Bisa Gantikan Moda Darat ?

13 Juli 2015   15:08 Diperbarui: 13 Juli 2015   15:08 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jika dicermati, ada beberapa faktor penting yang berpengaruh atas terjadinya peningkatan signifikan moda transportasi darat, udara dan laut, yakni waktu, kenyamanan, keselamatan, dan biaya. Peningkatan penggunaan transportasi terjadi saat lebaran seperti sekarang.

Faktor ketepatan waktu dengan biaya yang murah dan cukup terjangkau tanpa melupakan aspek kenyamanan dan keamanan menjadi alasan tersendiri bagi calon penumpang sehingga lebih memilih untuk beralih menggunakan moda transportasi udara dan laut ketimbang menggunakan moda transportasi darat, terutama bagi masyarakat kelas menengah.

Hal ini wajar mengingat moda transportasi darat memiliki kepadatan di atas rata-rata moda transportasi lain, sedangkan penambahan infrastruktur pendukungnya belum terakselerasi secara maksimal untuk sejajar
dengan laju pertumbuhan jumlah penggunanya. Kian hari calon penumpang lebih banyak memilih untuk beralih ke moda transportasi lain selain darat dengan dalih efisiensi.

Perlu diketahui bahwa jalur pantura (jalur pantai utara) yang merupakan jalur favorit bagi para pengguna jalur darat, harus mengakomodasikan kendaraan dengan beban tidak kurang sedikitnya sekitar 40 ribu kendaraan per harinya. Maka dari itu, jalur pantura dapat dikatakan sebagai jalur terpadat, tersibuk, dan terberat bebannya di dunia. Terlebih, apabila sudah memasuki masa libur sekolah dan tak terkecuali libur menyambut puasa dan Lebaran.

Tak mengherankan bila triliunan rupiah anggaran negara tersedot setiap tahunnya untuk alokasi perbaikan rutin tiap tahun jalur pantura. Hal tersebut akibat belum tersedianya infrastruktur jalan tol alternatif untuk membantu mengurai beban di pantura, sehingga menyebabkan jalur pantura cepat mengalami kerusakan padahal belum jatuh tempo. Pada tahun ini saja, jalur pantura mendapat jatah anggaran sebesar Rp 1,03 triliun rupiah untuk perbaikan. Ini terjadi setiap tahun, menjelang Idul Fitri.

Kondisi serupa juga terjadi pada moda angkutan kereta api. Meski kini sudah ada rel ganda tapi pertumbuhannya belum bisa ditingkatkan dengan cepat dan kepadatannya pun belum dapat diuraikan.

Karena itu, upaya meningkatkan intensitas frekuensi perjalanan kereta pun masih terhambat dan berdampak pada kalah bersaingnya angkutan kereta dengan transportasi udara yang saat ini tengah saling gempur dengan penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier). Padahal, sejatinya angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif moda transportasi murah, terjangkau, nyaman, dan aman.

Pemerintah sendiri menyatakan siap menghadapi arus mudik tahun ini.

Namun, apabila melihat potensi pasar ke depannya, moda transportasi udara dan laut memiliki tren positif yang terus menanjak. Jika pemerintah tidak lincah membenahi transportasi darat, maka moda transportasi udara dan laut akan jadi primadona di tahun-tahun mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun