Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waspadai Kuda Troya Kita

18 Juli 2020   05:44 Diperbarui: 18 Juli 2020   05:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini dunia mengenal Indoensia sebagai negara yang sukses mengembangkan demokrasi tanpa banyak riak dan pertumpahan darah. Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 dicatat oleh mereka sebagai bentuk gelombang yang bisa terselesaikan dengan baik. Demokrasi di Indonesia dinilai berkembang dengan baik, dibandingkan beberapa negara lain di Asia dan Asia Tenggara.

Namun, hal yang menarik adalah ternyata masyarakat Indoensia mulai menyoroti soal perbedaan yang mereka punya. Dari banyak perbedaan yang ada, agama atau keyakinanlah yang banyak mendapat tantangan karena ternyata identitas agama menjadi menguat dan hadir dalam berbagai bentuk dalam masyarakat. 

Masyarakat yang sebelumnya tidak mempersoalkan (perbedaan itu) kini mulai mempersoalkannya. Terlebih banyak tokoh agama yang mengatakan pentingnya menerapkan ajaran Islam secara kaffah (keseluruhan atau sempurna). Ajaran itu ternyata membawa identitas ke-ISlaman menguat dan sangat nyata dalam masyarakat.

Kata-kata seperti halal dan kafir, thogut, jihad menjadi kata yang umum didengar. Makanan harus dipastikan halal untuk bisa aman dikonsumsi kaum muslim.Padahal sebagai negara muslim terbesar di dunia, makanan di negara ini relative halal karena minoritas yang mengkonsumsi makanan non halal biasanya punya komunitas dan tempat khusus untuk menikmatinya. Kafir seering diucapkan untuk merujuk kepada orang-orang dengan agama yang berbeda (Kristen Katholik, Budha, Hindu dan sebagainya).

Pemunculan sejumlah narasi kekerasan seperti Kafir, Halal untuk ditumpahkan darahnya (baca: bunuh), Jihad (baca:perang), thogut dan khilafah adalah sejumlah narasi agama yang cukup sering muncul  dalam ruang publik dewasa ini, termasuk media mainstream. Perwajahan identitas Islam dalam bingkai intoleran ini seolah sengaja diketengahkan karena ruang publik bernegara sejak reformasi memberikan ruang yang lebar, bahkan bagi pihak yang berideologi apa pun.

Tiga kata ini kemudian memperkuat dan membuat perbedaan (identitas agama itu) menjadi politik identitas. Sehingga perbedaan juga hadir dalam ranah politik dan menjadi senjata yang ampuh untuk menarik massa. Karena negara dan pemerintah yang sah dicap thogut oleh mereka maka Pancasila sebagai falsafah negara juga di cap demikian. Bahkan mereka berpendapat bahwa ideologi agama (dan ideolgi lain) terjajah oleh ideologi Pancasila. Ini dilakukan oleh beberapa orang tokoh dan mendapat pengikut dalam jumlah banyak. Banyak diantara mereka yang tidak menyukai Pancasila dan mengingini agama sebagai landasan negara.

Namun tetiba banyak tokoh mereka yang melontarkan standar ganda dengan hitungan hari menyatakan mendukung Pancasila. Standar ganda memang sering kita jumpai dalam pola narasi politisi, namun untuk soal agama pola ini harus benar-benar kita cermati karena bisa dipastikan ini bukan sebuah ketulusan. 

Sikap seperti ini mirip strategi kuda troya dalam mitologi Yunani. Saat itu orang Sparta (Yunani) yang kelelahan berperang dan mengepung kota Troya, membuat kuda kayu yang berisi pasukan Sparta. Stategi inilah yang berhasil mengalahkan kota Troya.

Ideologi lain itu (katakanlah radikalisme dan ekstremisme yang terbalut dalam ideologi agama) sangat bisa dan mampu menunggangi banyak hal termasuk mendadak membela Pancasila tadi. Karena kemungkinan besar di depan kita akan mendapati sikap-sikap yang seolah memperjuangkan nilai-nilai Pancasila padadal hanya berusaha menguatkan akar-akar pemikiran intoleran di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun