Mohon tunggu...
Anissa Safitri
Anissa Safitri Mohon Tunggu... Mahsiswa Hubungan Internasional.

Mahasiswa Hubungan Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peranan Kurs Rupiah dalam Menentukan Neraca Perdagangan

6 Mei 2025   10:19 Diperbarui: 6 Mei 2025   10:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kurs mata uang, termasuk rupiah (IDR) sebagai mata uang resmi Indonesia, mempunyai peranan sentral dalam perekonomian, khususnya dalam hal perdagangan internasional. Fluktuasi terhadap mata uang seperti Dolar Amerika Serikat (USD), Euro, atau Yuan Tiongkok memberikan dampak yang signifikan dalam kegiatan ekspor dan impor nasional. Pada artikel ini akan membahas secara dalam bagaimana kurs Rupiah mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, mekanisme dibalik pengaruh tersebut, serta kebijakan apa yang bisa diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi. 

Sebelum itu, kita harus mengerti terlebih dahulu mengenai neraca perdagangan dan kurs rupiah. Pengertian neraca perdagangan adalah bagian dari neraca pembayaran yang mencatat selisih antara nilai ekspor dan impor barang negara dalam periode tertentu. Jika ekspor lebih besar daripada impor, maka akan terjadi surplus perdagangan. Dan begitu pula sebaliknya, jika impor melebihi ekspor, maka yang terjadi adalah defisit perdagangan. Lalu, kurs rupiah adalah harga mata uang asing yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Contohnya, apabila USD/IDR berada di angka 16.000 maka satu dolar AS akan senilai dengan 16.000 Rupiah. Kurs ini ditentukan oleh banyak faktor seperti permintaan dan penawaran valas, kondisi ekonomi makro, serta intervensi bank sentral (Bank Indonesia). 

Lalu, mekanisme pengaruh kurs rupiah terhadap neraca perdagangan terdapat dua. Saat rupiah melemah (depresiasi) terhadap mata uang asing dan saat rupiah menguat (apresiasi). Saat depresiasi ekspor akan menjadi kompetitif. Harga barang Indonesia dalam mata uang asing akan menjadi lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia di pasar internasional akan meningkat. Selain itu barang-barang impor menjadi lebih mahal dalam rupiah, sehingga permintaan terhadap barang impor cenderung menurun. Secara teori depresiasi rupiah cenderung mendorong perbaikan neraca perdagangan karena ekspor naik dan impor menurun. Sebaliknya, ketika rupiah mengalami apresiasi ekspor menjadi kurang kompetitif. Harga barang Indonesia dalam mata uang asing menjadi lebih mahal sehingga berdampak pada penurunan daya saing ekspor. Konsumen domestik akan cenderung meningkatkan konsumsi barang impor karena faktor harga yang lebih rendah. 

Contoh nyata bagaimana kurs rupiah berpengaruh terhadap neraca perdagangan adalah saat krisis moneter 1998. Saat rupiah anjlok tajam terhadap dolar, nilai ekspor Indonesia meningkat secara drastis karena harga barang ekspor menjadi sangat murah di pasar global. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus besar meski ekonomi secara umum sedang krisis. Peristiwa lainnya adalah saat pandemi covid-19 di tahun 2020-2021. Di tengah depresiasi rupiah yang moderat dan gangguan rantai pasok global, Indonesia justru mencatatkan surplus perdagangan karena turunnya permintaan impor dan meningkatnya ekspor komoditas seperti batu bara, minyak sawit (CPO) dan nikel. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kurs terhadap neraca perdagangan adalah sebagai berikut: 

  1. Elastisitas Permintaan Ekspor dan Impor. 

Pengaruh kurs terhadap neraca perdagangan sangat tergantung pada elastisitas permintaan. Jika permintaan terhadap barang ekspor dan impor tidak elastis, maka perubahan kurs mungkin tidak memberikan dampak signifikan. 

  1. Struktur industri dan ketergantungan impor. 

Indonesia masih sangat bergantung pada impor bahan baku dan barang modal. Maka, depresiasi rupiah bisa meningkatkan biaya produksi dalam negeri, yang pada akhirnya juga menekan daya saing produk ekspor. 

  1. Faktor waktu (J-Curve Effect)

Dalam jangka pendek, depresiasi rupiah bisa saja memperburuk neraca perdagangan sebelum kemudian membaik. Ini dikenal sebagai efek J-Curve, di mana kontrak impor yang sudah ada tetap berjalan dengan harga lama sementara manfaat peningkatan ekspor baru terlihat setelah beberapa waktu. 

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Politik Selengkapnya
    Lihat Politik Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun