Subjective Well-Being pada Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus: Tantangan dan Strategi Penguatan
Pendahuluan
Memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan pengalaman hidup yang unik dan penuh tantangan bagi setiap orang tua. Selain menghadapi kebutuhan khusus anaknya, orang tua juga harus mengelola berbagai tekanan psikologis, sosial, dan ekonomi yang dapat memengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Dalam konteks ini, konsep subjective well-being (SWB) atau kesejahteraan subjektif menjadi sangat penting untuk dipahami dan dikaji.
Subjective well-being merujuk pada persepsi individu terhadap kebahagiaan dan kepuasan hidupnya, yang mencakup tiga komponen utama: kepuasan hidup (life satisfaction), dominasi emosi positif, dan minimnya emosi negatif (Diener, 1984). Bagi orang tua dengan ABK, SWB menjadi indikator utama yang mencerminkan bagaimana mereka mampu beradaptasi dan menemukan makna dalam peran pengasuhan yang penuh tantangan ini.
Tantangan yang Dihadapi Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang tua ABK sering mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua anak tanpa kebutuhan khusus (Smith dkk., 2019). Stres ini dapat berasal dari berbagai faktor, seperti:
Beban emosional: Rasa cemas, khawatir, dan sedih terkait kondisi anak dan masa depan mereka.
Beban sosial: Stigma dan diskriminasi yang masih melekat pada ABK dan keluarganya.
Beban ekonomi: Biaya perawatan dan pendidikan khusus yang seringkali tinggi.
Beban fisik dan mental: Kelelahan akibat pengasuhan yang intensif dan kurangnya waktu untuk diri sendiri.
Kondisi ini dapat menurunkan tingkat SWB orang tua, yang pada akhirnya berpengaruh pada kualitas pengasuhan dan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.