Mohon tunggu...
Anisa Rahayu
Anisa Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Sejarawan Muda

Sejarah Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persahabatan yang Berujung Wangsit (Sejarah Singkat Turunnya Wangsit Aliran Kebatinan Perjalanan)

23 Juli 2020   10:14 Diperbarui: 23 Juli 2020   10:31 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhirnya, Sukarna meminta pertolongan kepada Mei Kartawinata. Hasilnya di luar dugaan, Mei Kartawinata berhasil menyembuhkan Sukarna dengan cepat. Kenyataan tersebut membuat Rasyid curiga, bahwasanya selama ini Mei Kartawinata menyembunyikan ilmu lain darinya. Selain curiga, secara tidak langsung Rasyid juga merasa dikalahkan. 

Maka dari itu, Rasyid menantang Mei Kartawinata dan Soemitra untuk beradu kekuatan. Tentunya Mei Kartawinata menolak untuk saling mengadu kekuatan, dengan alasan persaudaraan mereka. Namun penolakan itu justru membuat Rasyid merasa direndahkan. 

Secara sepihak, ia menentukan waktu serta tempat untuk bertarung, yaitu pada 17 September 1927 di kampung Cimerta Subang. Melihat perlakuan Rasyid yang demikian, Mei Kartawinata merasa putus asa. Ia lebih memilih untuk bunuh diri daripada harus bertarung dengan saudaranya sendiri. Menurutnya, pertarungan tersebut sama saja dengan membunuh persaudaraannya selama ini.

Di tengah perjalanan menuju tempat bunuh diri, Mei Kartawinata tiba-tiba mendengar suara gaib. Suara gaib itu dianggapnya sebagai sebuah wangsit. Dalam wangsit pertamanya, Mei Kartawinata diperintahkan untuk melawan Rasyid. Menyerah dianggap sebagai perilaku manusia yang tidak menghargai dirinya sendiri. 

Maka jika Mei Kartawinata menyerah begitu saja, sama dengan menghina leluhurnya. Mei Kartawinata pun pergi menemui Soemitra dan memutuskan untuk melawan Rasyid bersama-sama. 

Setelah bertemu dengan Rasyid, pertarungan antara ketiganya pun terjadi. Tanpa diduga, Rasyid sama sekali tidak bisa melawan Mei Kartawinata, ia kehilangan kendali. Pertarungan pun berhenti tanpa adanya korban. Akhirnya, mereka bertiga saling memaafkan antara satu sama lain.

Masih di tempat yang sama, wangsit turun secara berturut-turut kepada Mei Kartawinata, Rasyid, dan juga Soemitra. Sebagian besar isi dari wangsit merupakan pedoman hidup manusia, baik dalam kehidupan sosial maupun hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

17 September 1927, hari diterimanya sepuluh wangsit oleh Mei Kartwinata, Rasyid, dan Soemitra yang kemudian menjadi tanggal didirikannya Aliran Kebatinan Perjalanan. Nama perjalanan dipakai dengan maksud sebagai penegasan bahwa baik buruknya tujuan akan tercapai jika iktikadnya dijalankan secara konsekuen. 

Selain itu, nama perjalanan juga digambarkan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya melalui sungai hingga ke lautan. Hakikat sungai itu menggambarkan realitas bersatunya tetesan-tetesan air, tanpa dapat dipisahkan menuju tujuan akhirnya yaitu lautan. 

Dalam perjalanannya menuju lautan ia akan menghidupi tumbuhan, hewan, dan bahkan manusia. Arti dari perjalanan tersebut diasosiasikan dengan kehidupan manusia, yang bersatu selama masa perjalanan menjalani kehidupannya.

Tidak disangka, bahwa persahabatan antara Mei Kartawinata, Rasyid dan Soemitra pada akhirnya akan melahirkan Aliran Kebatinan Perjalanan. Persahabatan yang dimulai karena minat akan aliran kebatinan, dibumbui dengan perselisihan, hingga akhirnya menerima wangsit secara bersamaan. Hingga kini, mereka selalu dikenang oleh para penganut Aliran Kebatinan Perjalanan sebagai "Tiga Serangkai".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun