Mohon tunggu...
Anindya AditaPutri
Anindya AditaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif

hai, selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Paradigma dalam Sosiologi

4 September 2022   00:22 Diperbarui: 4 September 2022   01:32 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Realitas Sosial. Sumber ilustrasi : Pinterest

Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya terdapat fakta atau realita dari setiap fenomena sosial yang sedang terjadi. Realita tersebut tidak hanya sekedar ditemukan secara disengaja. Realita tersebut muncul melalui cara pandang atau perspektif para ilmuwan dalam melihat persoalan dalam fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Cara pandang tersebut kemudian dikenal dengan istilah paradigma.

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Samuel Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs dalam bukunya Sociology of Sociology (1970). Paradigma merupakan cara untuk mengetahui realita sosial serta perspektif seorang ilmuwan dalam memandang fenomena sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat. Tentunya perspektif para ilmuwan tersebut berbeda-beda. 

Menurut George Ritzer, perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu terdapat perbedaan pandangan atau perspektif yang mendasari pemikiran para filsuf. Kemudian perbedaan dasar perspektif tersebut membuat teori yang dipakai untuk menganalisa fenomena sosial yang terjadi pun pastilah berbeda. Dengan demikian, metode yang akan digunakan para filsuf tersebut pun juga akan berbeda mengikuti dasar pemikiran dan teori yang dipakainya.

George Ritzer. Sumber Ilustrasi : wikipedia
George Ritzer. Sumber Ilustrasi : wikipedia

George Ritzer membagi Paradigma Sosiologi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut.

1. Fakta Sosial

Paradigma fakta sosial bersumber dari pemikiran Emile Durkheim. Menurutnya, sosiologi dikaji berdasarkan sesuatu yang bersifat nyata, bisa dilihat, diamati, dan berasal dari luar pemikiran manusia itu sendiri. Fakta Sosial memiliki dua objek, yaitu struktur sosial dan institusi sosial. Fakta Sosial terbagi menjadi dua, yaitu fakta sosial material dan fakta sosial non material. 

Teori yang digunakan dalam paradigma ini yaitu:

  • Teori fungsionalisme struktural
  • Teori Konflik
  • Teori Sosiologi Makro
  • Teori Sistem

Teori dominan yang digunakan dalam paradigma fakta sosial yaitu teori fungsionalisme struktural dan teori konflik.  Dalam teori fungsionalisme struktural, masyarakat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mana di dalam masyarakat tersebut memiliki fungsi dan  peranannya masing-masing yang saling menyatu membentuk keseimbangan. Dalam teori fungsionalisme struktural konflik sangat dihindari. Oleh karena itu, teori ini bersifat tertutup terhadap perubahan sosial. Sedangkan dalam teori konflik, masyarakat berada dalam ketidakseimbangan yang ditandai dengan adanya konflik atau pertentangan. Dalam teori ini juga terdapat penekanan dan paksaan terhadap perubahan yang ada. 

Metode yang dipakai dalam paradigma fakta sosial yaitu metode interview dan questionnaire. Kedua metode ini dikatakan bersifat subjektif. Namun, bagi para penganut paradigma ini, kedua metode tersebut sesuai apabila dipakai dalam penelitian empiris guna mendapatkan fakta sosial yang mampu menjadi subjek matter sosiologi.


2. Definisi Sosial 

Paradigma definisi sosial berasal dari pemikiran Weber mengenai tindakan sosial. Menurutnya, struktur dan institusi sosial merupakan suatu kesatuan yang membentuk tindakan yang dilakukan setiap individu. Setiap tindakan individu tersebut memiliki makna dan motif tersendiri. Tindakan individu tersebut merupakan bagian penting dari kehidupan sosial. 

Dalam paradigma definisi sosial menggunakan empat teori, yaitu:

  • Teori Aksi
  • Teori Interaksionisme Simbolik
  • Teori Fenomenologi
  • Teori Etnometodologi

Dalam teori aksi, individu akan bertindak sesuai dari pengalaman, pemahaman, dan persepsinya. Hal tersebut dilakukan dengan motif atau tujuan tertentu. Dalam hal ini, perasaan, sentimen, dan ide turut mengambil peran dalam mendorong manusia untuk dapat bertindak dalam bentuk tindakan sosial. Tindakan sosial sendiri terdiri dari tindakan rasionalitas instrumental, tindakan rasionalitas berorientasi nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Tindakan sosial tersebut dilakukan guna mencapai suatu tujuan. Teori ini berkaitan dengan paradigma utama sosiologi interpretatif. 

Guna mendapatkan  realita dari fenomena sosial yang sedang terjadi, paradigma definisi sosial hanya menggunakan satu metode. Metode yang digunakan ialah metode observasi.


3. Perilaku Sosial

Paradigma perilaku sosial berawal dari karya psikolog Amerika, Burrhus Frederic Skinner, salah satunya pada Beyond Freedom And Dignity (1971). Dalam paradigma ini, tingkah laku seseorang berhubungan dengan lingkungan sosialnya, Perilaku individu atau masyarakat dikatakan mampu mengubah struktur dan institusi sosial yang sudah ada sebelumnya dikarenakan adanya stimulus, respon, dan juga dorongan dari individu tersebut terhadap lingkungan sosial di mana individu tersebut berada.

Teori yang digunakan dalam paradigma ini yaitu teori behavioral sosiologi dan teori pertukaran (exchange). Dalam teori behavioral sosiologi, dikatakan sifat seorang manusia atau setiap individu dibentuk oleh individu itu sendiri. Hal ini berarti setiap individu tidak memiliki sifat bawaan dari luar selain yang diperolehnya dari diri sendiri. Sedangkan dalam teori pertukaran dikatakan bahwa setiap individu akan terus melakukan suatu tindakan apabila tindakan tersebut dirasa mampu menghasilkan keuntungan, seperti pujian dan apresiasi. Sebaliknya apabila individu tersebut melakukan tindakan tanpa menerima ganjaran yang diharapkan, maka akan timbul emosi dan rasa kecewa dalam diri individu tersebut. 

Metode yang digunakan dalam paradigma perilaku sosial ialah gabungan dari dua metode paradigma sebelumnya. Metode yang dipakai ialah metode interview, questionnaire, dan observasi. Namun, dari segi praktiknya, paradigma ini menggunakan metode eksperimen.


Selain dari ketiga paradigma yang telah disebutkan di atas, sosiologi memiliki tiga paradigma utama. Tiga paradigma utama dalam sosiologi antara lain sebagai berikut.

1. Empirisisme / Positivisme

Paradigma ini berawal dari asumsi bahwa ilmu alam (sains)  merupakan ilmu pengetahuan tertinggi di muka bumi ini. Kemudian hal tersebut membentuk  suatu keharusan bahwa dalam metode penelitian sains harus diperluas dan diterapkan juga pada penelitian ilmu sosial humaniora.  Dengan begitu, ilmu sosial yang berlandaskan sains dapat digunakan untuk mengontrol dan memprediksi realitas suatu fenomena secara luas atau general dan bersifat tunggal (memakai pendekatan kuantitatif).


2. Kontruktivisme / Interpretatif

Menurut Weber, paradigma ini sangat berkaitan dengan teori aksi, yang mana dikatakan bahwa individu melakukan suatu tindakan atas pengalaman ataupun persepsinya. Di dalamnya terdapat tindakan sosial yang terdiri dari tindakan tradisional, tindakan afektif, tindakan rasionalitas berorientasi nilai, dan tindakan rasionalitas instrumental guna mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, tidak ada realitas suatu fenomena yang bersifat tunggal (pendekatan kualitatif).


3. Kritisisme / Realisme Kritis

Dalam paradigma kritisisme atau realism kritis, dalam setiap fenomena yang ada di muka bumi ini memiliki struktur dasar yang mendasi fenomena tersebut. Dengan demikian, tugas dari pengetahuan tersebut ialah meneliti dan mengungkap struktur yang mendasari suatu fenomena secara kritis. 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun