Mohon tunggu...
Ani Mariani
Ani Mariani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Middle Eastern Studies | International Relation Analysis | Political, Economic, Religion, Social, Religion, Feminism Enthusiast | Research | Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Toxic Masculinity dalam Pernikahan

28 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 29 Maret 2024   22:02 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menjalani pernikahan, saya mengetahui bahwa saya berada dalam lingkaran setan. Selalu meributkan hal yang sama. Penyelesaian dengan cara yang sama. Lalu saling memaafkan dan berkomitmen untuk lebih baik kedepannya. Namun yang terjadi, adalah kembali ke titik awal.

Hal tersebut karena saya selalu berpikir bahwa semua hal dalam dunia ini adalah tentang saya, tidak peduli bagaimana dengan pasangan apapun kondisinya. Yang penting kebutuhan emosional saya harus terpenuhi. Maka, ketika ada suatu hal tidak berjalan sesuai rencana atau ekspetasi, hasilnya adalah emosi yang tak terelakkan.

Reaksi terhadap emosi sesaat itulah yang dapat merusak keseimbangan dan kejernihan mental. Terlepas dari kamu laki-laki atau perempuan. Saya percaya bahwa pernikahan bukanlah sisa-sisa penindasan dari patriarki. Premis bahwa laki-laki bertanggung jawab penuh dalam berhasilnya dalam pernikahan hanya akan membawa kepada langkah awal memasuki lingkaran setan dalam pernikahan. Pemikiran seperti itu bukanlah sebuah dialog, tapi hanya menyisakan sebuah ekspektasi ideologis akan kesempurnaan yang tidak memberikan ruang untuk diskusi atau kompromi.

Hubungan yang sehat berarti membangun hubungan yang memenuhi kebutuhan kedua belah pihak. Lupakan patriarki. Lupakan maskulin. Ketika menjalin hubungan, maka kamu bersama seseorang dengan keinginan, kebutuhan, dan perasaan uniknya masing-masing. Karakter bukan mengenai gender tertentu, tapi mengenai seseorang. Jangan biarkan persepsi yang salah mengenai maskulinitas membunuh keharmonisan dalam pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun