Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikahkan bukan Menikah

12 Agustus 2023   06:40 Diperbarui: 12 Agustus 2023   06:50 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dengan saudara, doc.pri

MenikahkanMalam larut  telah berganti pagi buta ketika seorang sahabat  istri kompasianer lawas klarifikasi informasi sepotong yang diperoleh.  Berita dengan sebuah kata dasar yang benar adanya namun menjadi berkebalikan makna dengan arti sesungguhnya. Satu hal yang membuat saya tercenung sehingga mengambil kesimpulan bahwa muasal rasan-rasan atau gunjingan atau bahkan sampai tersiar berita hoaks aslinya ya dari sebuah kata, yang kebenarannya menjadi semakin tipis ketika sampai pada telinga ke sekian orang lalu disampaikan ulang ke orang lain tanpa bukti otentik.

Untung yang dikonfirmasikan ke saya oleh sahabati adalah kabar baik bahkan bikin senyum ketika saya cermati pertanyaannya.

"Assalamualaikum, Mbak Anis baru menikah ya?"

Sebuah sapaan dengan mata baru terbuka lewat tengah malam, mengagetkan iya lalu menumbuhkan tawa lebar dalam kesendirian. Tersenyum diantara bantal dan gunling kamar pengantin anak saya yang baru menikah, yang saya pakai bergantian dengannya.  Dia gunakan kalau dia pulang dengan istrinya dan saya tiduri lagi kalau dia tak ada secara ini memang asalnya kamar saya dan almaghfurllah suami belahan nyawa.

Saya menikahkan,  bukan menikah. Itu yang saya ucapkan sebagai balasan kepada kawan. Lalu dia tertawa juga,  dengan emo tentu saja karena tak mungkin telepon pada tengah malam.

"Kupikir mba menikah, hehe."
"Ngga lah,  menikahkan, haha."

Menikah, menikahkan.  Mirip bukan?  Bedanya hanya pada imbuhan akhir. Tapi maknanya jauh berbeda. Sehingga mampu menimbulkan salah salah tafsir,  untung sahabati saya tadi konfirmasi kalau tidak dan mengular tentu gunjingan, ghibah, bahkan fitnah bisa menyebar bak virus Covid -19.

Bayangkan kalau hal tersebut kemudian diyakini banyak orang tentu anggapan saya benar-benar menikah bakal dipercaya. Yang rugi saya dong, merusak pasaran, hehe.

Maksud saya apapun kabar bila tidak ada bukti otentik semacam video atau foto atau rekaman suara jangan dipercaya, jangan pula langsung iku menyebar ulang. Bahkan bilapun ada jangan pula dipercaya seratus persen. Konfirmasi pada yang bersangkutan adalah hal yang paling baik.

Terimakasih kepada kawan yang sudah konfirmasi langsung ke saya, sehingga saya bebas dari dugaan berganti status,  hehe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun